MOJOKERTO, iNews.id- Limbah sampah menjadi perhatian serius Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto. Tahun ini DLH terus meningkatkan jumlah binaan komunitas bank sampah untuk menekan limbah sampah.
Tahun ini, DLH telah membina 154 unit bank sampah. Dengan jumlah ini harapannya, semakin banyak terbentuk unit bank sampah, sehingga mampu menekan limbah sampah dan menambah nilai ekonomi.
“Dibentuknya bank sampah selain agar menekan timbunan sampah juga memberi edukasi ke masyarakat agar memanfaatkan sampah memiliki nilai ekonomis,” kata Kabid Kebersihan DLH Kota Mojokerto, Erijanto Mukti Wibowo, didampingi Kepala DLH Kota Mojokerto, Bambang Mujiono, Selasa (19/04/2022).
Dia mengungkapkan, jumlah bank sampah di Kota Mojokerto memang meningkat dibanding 2007 lalu yang hanya 111 unit kini menjadi 154 unit. "Perkembangan Bank Sampah ini tentu sangat positif. Karena dapat mengurangi timbunan sampah," imbuh Erijanto.
Sementara itu, Ketua Bank sampah induk Bambang mengungkapkan, selama ramadan, kegiatan Bank Sampah Induk (BSI) terus menggelinding. Kegiatan tersebut meliputi penjualan rutin sampah dari unit ke BSI.
Tak hanya itu, BSI juga melaksanakan sosialisasi ke RT/RW melalui kegiatan pertemuan PKK terutama penanganan sampah rumah tangga, terutama non organik. "Kami juga gencar melaksanakan pembentukan bank sampah unit baru," imbuhnya.
Menurutnya, bank sampah unit baru yang selesai didirikan di wilayah Wates yang bernama bank sampah Lumintu. "Bank sampah ini berada di RT 2 RW 5 Perteng Kelud," terangnya.
Bambang mengungkapkan, jumlah bank sampah di Kota Mojokerto saat ini mencapai 154 unit. Ia berharap akan melipat gandakan jumlah ini dalam beberapa tahun ke depan.
Bank sampah kini menyasar lembaga pendidikan. Sejumlah sekolah jenjang SD-SMA di kota ini menjadi pengelola bank sampah. Lembaga itu beratribut sekolah Adiwiyata yakni SD Wijana Sejati, SMPN 1, 4,8, dan SMPN 9. Sedangkan jenjang SMA hanya satu lembaga saja yakni SMAN 1.
Sementara itu, Kabid Kebersihan, Erijanto menambahkan, penerapan pemilahan sampah dapat membawa manfaat pada berkurangnya produksi sampah di tingkat rumah tangga. Sehingga, timbunan sampah di TPA Randegan secara otomatis berkurang signifikan.
“Karena yang terangkut ke TPA hanya tinggal residunya saja,” jelasnya.
Hasil pemilahan sampah tersebut kemudian dikelola BSI yang berada TPA Randegan. Di lokasi tersebut, sampah akan dilakukan pengelolaan dengan sistem 3R. Yakni reuse atau menggunakan kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Kemudian reduce yang berarti mengurangi penggunaan barang yang menimbulkan sampah. Serta recycle, mendaur ulang menjadi produk maupun barang yang bermanfaat.
“Jadi, sampah produksi rumah tangga tidak semuanya terbuang, tapi sebagian ada yang termanfaatkan,” ujarnya.
Kampanye pengurangan akan terus dilakukan ke kelompok bank sampah di seluruh kelurahan. Dengan harapan, gerakan pemilahan sampah dapat diterapkan secara masif oleh masyarakat. “Dari masing-masing kelompok bank sampah per kelurahan nanti juga bisa digetoktularkan ke anggotanya,” jelasnya.
Di sisi lain, manfaat lainnya pemilahan sampah juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Karena sampah yang terbuang dan menumpuk tanpa pengelompokan akan membuat lingkungan menjadi kotor. Sehingga berpotensi menjadi sarang kuman serta bakteri maupun polusi udara.
Editor : Trisna Eka Adhitya