Bromo Diserbu Wisatawan Tiongkok, Wisata Sunrise Jadi Primadona Libur Panjang
JAKARTA, INEWSMOJOKERTO.ID – Gunung Bromo kembali menjadi sorotan publik. Libur panjang akhir Mei 2025 jadi momen “booming” wisata alam di kawasan ini, dengan ribuan wisatawan memadati lokasi, tak hanya dari dalam negeri, tapi juga turis mancanegara—terutama dari Tiongkok.
Fenomena ini viral setelah video unggahan akun X (dulu Twitter) @Bromo_autentic yang kemudian disebarkan ulang oleh @calomagang. Dalam video berdurasi singkat itu, tampak lautan manusia memadati spot sunrise Bromo, sebagian besar di antaranya adalah wisatawan dari Tiongkok.
“Bromo hari ini, masih rame dipenuhi kunjungan warga +86,” tulis akun @calomagang, merujuk pada kode negara Tiongkok. Postingan itu langsung dibanjiri ribuan komentar netizen.
Lantas, apa yang bikin Bromo mendadak jadi magnet wisata utama bagi turis Tiongkok? Ini 7 fakta menariknya:
Banyak yang menyebut Bromo sebagai ‘Bali baru’—tapi keduanya punya daya tarik berbeda. Kalau Bali dikenal dengan pantainya, Bromo menawarkan lanskap pegunungan eksotis yang tak ada duanya.
Video panorama sunrise Bromo ramai berseliweran di platform Xiaohongshu dan Douyin (TikTok versi China). Influencer Tiongkok menjadikan Bromo sebagai ‘must-visit spot’—dan hasilnya? Viral besar-besaran.
Banyak agen perjalanan menawarkan paket tur ke Bromo dengan harga yang sangat ramah di kantong, bahkan ada yang setara harga satu botol serum kecantikan!
Beberapa turis Tiongkok percaya bahwa menyaksikan matahari terbit di Gunung Bromo bisa membawa keberuntungan sepanjang tahun. Tak heran kalau mereka rela berdesakan demi momen sakral itu.
Sunrise keemasan, kabut tebal, dan siluet Gunung Batok jadi bahan foto yang Instagrammable banget. Banyak wisatawan yang datang demi konten media sosial yang viral.
Meski suhu di Bromo menusuk tulang, para turis tetap tampil modis. Dari jaket bulu hingga coat mewah, area Bromo berubah jadi catwalk dadakan!
Ramainya turis asing juga memantik pro dan kontra. Ada yang bangga Bromo makin mendunia, tapi tak sedikit pula yang mengeluhkan soal sampah dan etika wisatawan asing.
Editor : Trisna Eka Adhitya