"Semua lahan saya sewa, ke sawah saat libur lepas jaga atau piket itu. Kadang pagi sampai jam 11 siang, kadang habis zuhur menginjak asar sekitar jam 3 itu saya balik lagi. Kadang magrib bubar pulang," imbuhnya.
Motivasi diri Muliono begitu antusias nyambi jadi petani, karena merasa lebih bahagia berada di pematang sawah sejak pindah tugas dari Kota Metropolitan, Jakarta. Bahkan, hanya sekedar menatap hasil tanam yang menghijau sejauh mata memandang, Muliono merasa tentram.
Terlebih, terciptanya canda gurau sesama petani saat menyeruput kopi di sela-sela bercocok tanam.
"Gak tau yah, sejak pindah dari Jakarta itu kok terasa senang ke sawah. Ke sawah cuman lihat tanaman segar-segar, sehat. Kadang bawa kopi ngobrol sama petani di desa," jelasnya.
Yah, selain itu, Muliono memang mengaku, keinginan menjadi peternak juga ingin dilakoninya. Namun, modal dan lahan yang terlampau besar mengurungkan niatnya saat ini.
Lalu memilih mewujudkan mimpinya dengan menjadi seorang petani terlebih dahulu, yang sekaligus menjadi abdi negara, polisi.
"Kalau pandangan pribadi untuk mencari usaha lain yang masuk dipikiran saya, yaitu bertani sama beternak. Kalau beternak modal cukup banyak dan lahan cukup luas, jadi saya milih yang bertani. Selain itu juga biar gak susah lah beli beras," pungkasnya semringah.
Editor : Trisna Eka Adhitya