get app
inews
Aa Text
Read Next : Turut Prihatin, Gus Barra Kunjungi Rumah Siswi SMP Korban Pembunuhan

Marak Kriminalitas Remaja, Orang Tua Kenali Faktor Pendorongnya

Kamis, 15 Juni 2023 | 11:39 WIB
header img
Marak kasus kriminalitas remaja, orang tua perhatikan faktor pendorongnya.( Foto: Istimewa)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Pembunuhan remaja SMP di Mojokerto menyedot perhatian. Beberapa waktu sebelumnya, berita memilukan juga datang dari Surabaya, seorang siswi SMP ditemukan mengenaskan di gudang peluru.

Kasus-kasus tersebut selayaknya menjadi perhatian dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pertumbuhan anak. Fenomena ini tidak lagi masuk dalam kategori kenakalan remaja, tetapi telah menjadi kriminalitas remaja.

Ada banyak hal yang bisa berkembang menjadi motif tindak kriminal remaja. Meski demikian, menurut studi psikologi, ada sejumlah hal yang bisa dicermati untuk mengenali faktor pendorongnya.

Dalam kacamata hukum pun, kriminalitas remaja bukanlah kasus yang mudah. Ketika seorang anak masih di bawah umur dan belum mencapai usia tanggung jawab pidana, mereka tidak dapat dituntut dengan kejahatan remaja. Sementara konsekuensi atas perbuatannya tidak bisa diingkari.

Satu hal yang penting dipahami adalah bahwa seorang anak tidak dilahirkan dengan kecenderungan kriminal. Dikutip dari Secure Teen, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejahatan remaja dan membawa mereka ke situasi berbahaya. 

1. Tekanan teman sebaya 

Ketika anak-anak kecil mencapai usia remaja, mereka mengalami sejumlah perubahan. Remaja memiliki keinginan untuk dikenal dan diterima oleh teman sebaya dan kelompok sosial mereka. Untuk menyesuaikan diri dan diterima oleh keompoknya, remaja bisa saja menerima tekanan dari teman sebaya. 

Tekanan teman sebaya datang dengan pengaruh positif dan negatif. Karena terpengaruh oleh perilaku teman sebayanya, sebagian besar remaja bisa terlibat aktivitas berisiko. 

Oleh karena itu, penting memberi pemahaman pada remaja untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka dapat lebih berhati-hati dalam memilih jalan untuk diri mereka sendiri. 

2. Pendidikan yang Buruk 

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kejahatan remaja adalah kurangnya pendidikan. Anak-anak yang tidak menunjukkan perhatian pada pelajarannya dan menghabiskan waktu untuk kegiatan santai dan mengabaikan aspek-aspek penting dalam kehidupan. 

Sekolah masih menjadi lembaga penting di mana anak mendapatkan pendidikan dasar. Orang tua perlu memberikan perhatian yang kuat terhadap akademik anak mereka dan memastikan mereka menghadiri sekolah mereka secara teratur.

3. Penyalahgunaan Zat Terlarang

Penyalahgunaan zat bisa sangat berbahaya bagi remaja. Seperti disebutkan sebelumnya, penyalahgunaan zat dapat berasal dari pengaruh teman sebaya.

Penggunaan narkoba dapat memengaruhi perkembangan kognitif dan menurunkan kemampuan mengevaluasi risiko. Narkoba dan alkohol telah dianggap sebagai kontributor kuat untuk kejahatan remaja. 

Hal ini juga berlaku pada konsumsi minuman keras. Remaja yang kecanduan alkohol dan obat-obatan menunjukkan kepeduliaan yang buruk pada lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. 

4. Orang Tua yang Abai

Pengawasan orang tua adalah salah satu kunci pertumbuhan remaja. Para orang tua tidak perlu menafsirkan hal ini sebagai relasi satu arah.

Pengawasan orang tua dimaksudkan untuk melihat sejauh apa keterlibatan orang tua dengan dunia anak. Di usia ini anak mungkin mulai menunjukkan kebutuhan akan privasi, tetapi jika pondasi relasi orang tua-anak telah dibangun sebelumnya, orang tua bisa tetap terlibat sebagai ruang aman bagi anak.

Ketika orang tua tidak memperhatikan perkembangan pribadi dan sosial remaja mereka, mereka mengira mereka telah menjadi mandiri dan mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidup mereka sendiri. 

Hal tersebut berpotensi memberi mata pisau dua arah jika anak tumbuh dengan lingkungan dan cara berpikir yang tidak sehat.

Orang tua mengajar anak-anak mereka untuk membedakan yang benar dari yang salah dengan memberi mereka contoh. Ketika orang tua tidak memainkan peran mereka, remaja mengikuti contoh dari anggota keluarga, teman sebaya, dan kelompok sosial lainnya. 

Dengan demikian, saat peran orang tua kosong, semestinya pihak lain mengisi ruang tersebut. Jika dibiarkan, anak mungkin tumbuh dengan patron yang kurang tepat. Atau bahkan tumbuh dalam kondisi "tak lengkap" hingga masa dewasa mereka.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut