Penularan langsungnya bisa dengan lesi kulit, bisa diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Sementara secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).
Masyarakat bisa meningkatkan kewaspadaan dengan mengenali ciri dan gejala LSD pada ternak. Ciri klinis utama LSD adalah lesi kulit berupa nodul (sejenis benjolan berlubang) berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh.
Penyakit ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat C. Jika dibiarkan, benjolan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.
Tanda klinis lainnya adalah ternak tampak lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki.
Editor : Trisna Eka Adhitya