MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Sedia payung sebelum hujan. Itulah pepatah yang tepat untuk gagasan Pemkot Mojokerto untuk mengoptimalkan bank sampah di masing-masing lingkungan serta budidaya magot.
Hal itu bukan tanpa alasan. Tujuannya untuk meminimalisir timbunan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyampaikan, TPA Randegan yang memiliki luas lahan sekitar 6 hektar sudah hampir penuh. Sehingga skema jitu untuk mengurangi timbunan sampah adalah dengan pengaktifan bank sampah dan budidaya magot.
"Skema yang harus dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan alokasi anggaran yang ada di kelurahan itu adalah yang pertama mengaktifkan kembali Bank Sampah. Ini juga bisa di sinergikan dengan BPKPD melalui program Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto (BAPAK SAMERTO),” ujarnya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajuritkulon, Selasa (24/1/2023).
Menurut dia ke depan dengan menggunakan sampah selain dapat dipergunakan untuk membayar pajak, juga akan dikembangkan untuk membayar listrik, PDAM, serta iuran lingkungan. Selain Bank Sampah, Ning Ita juga mengatakan, upaya mengurangi timbunan sampah juga dapat dilakukan melalui budidaya maggot.
“Sampah basah dapat digunakan untuk pakannya maggot. Seperti nasi sisa kemarin, sayur sisa kemarin, kulit buah-buahan, dan lain sebagainya. Maggot ini juga bisa menghasilkan uang karena bernilai ekonomi. Maggot bisa digunakan untuk pakan ikan dan unggas menggantikan pelet yang merupakan produksi pabrikan,” terangnya.
Dengan adanya maggot yang dibudidaya sebagai pakannya ikan seperti lele, biaya produksinya juga dapat menurun, sehingga keuntungan menjual lele yang telah dibudidaya akan lebih besar, karena biaya membeli pakan menurun namun harga jualnya tetap.
Editor : Trisna Eka Adhitya