get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Orang yang Berani Tusuk Raja Majapahit, Jabatannya Tinggi di Istana

Candi Bajang Ratu, Makam atau Gerbang Keraton ?

Rabu, 21 Desember 2022 | 12:46 WIB
header img
Gapura atau Candi Bajang Ratu. (Foto: Humboldt/Wikipedia)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Candi Bajang Ratu lebih populer disebut gapura Bajang Ratu. Situs ini adalah salah satu situs utama jika berwisata ke Trowulan. 

Bangunan berwarna kemerahan ini terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Strukturnya dibangun oleh batu bata khas Majapahit. 

Bangunan ini dikenal sebagai penanda batas wilayah utama keraton Majapahit. Tepatnya batas sisi Timur. 

Bentuk candi ini memang berupa gapura dengan gaya arsitektur paduraksa atau gapura yang memiliki atap penutup. Di bagian tengah terdapat celah seperti lorong kecil beranak tangga sebagai jalan keluar masuk. 

Meski demikian, ada kemungkinan lain terkait interpretasi fungsi bangunan Candi Bajang Ratu. Para peneliti menyimpan data lain mengenai Candi Bajang Ratu. 

Hal tersebut berkaitan dengan sosok Prabu Jayanegara. Prabu Jayanegara, maharaja kedua Majapahit yang meninggal dengan kisah yang cukup kontroversial. 

Prabu Jayanegara diyakini meninggal karena meminum racun dalam sebuah tragedi pemberontakan. Sang prabu meninggal tanpa keturunan. 

Menurut kitab Pararaton, Prabu Jayanagara didharmakan dalam candi Srenggapura atau Csrenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan. Candi tersebut ditempatkan di dalam kedaton. 

Prabu Jayanegara dibuatkan arca dalam bentuk Wisnu di Shila Petak dan Bubat, serta dibuatkan arca dalam bentuk Amoghasidhi di Sukalila. 

Sementara Negarakretagama menyebut Prabu Jayanegara didharmakan di Antarasasi atau Antarawulan, di sebuah pura berlambang arca Wisnuparama. 

Menurut N. J Krom, Csrenggapura dalam Pararaton sama dengan Antarasasi (Antarawulan) dalam Negarakertagama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tempat pendharmaan Prabu Jayanegara berada di Kapopongan alias Csrenggapura alias Crirangga Pura alias Antarawulan, yang kini disebut Trowulan. 

Dalam catatan arsip laman Perpustakaan Nasional, dinyatakan arca perwujudan sang Prabu benar dalam bentuk Wisnu terdapat di Bubat (Trowulan). Sayangnya lokasi Shila Petak (Selapethak) belum diketahui.

Lalu di manakah titik lokasi pendharmaan Prabu Jayanegara? Para ahli menduga gapura paduraksa Bajang Ratu kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks Srenggapura. 

Hal ini muncul dari penataan Bajang Ratu sendiri. Nama tersebut pertama kali dicatatkan dalam Oudheidkunding Verslag (OV) tahun 1915. 

Arkeolog Sri Soeyatmi Satari menduga nama Bajang Ratu berhubungan dengan Prabu Jayanegara. Kata 'bajang' berarti kerdil atau kecil. 

Menurut Kitab Pararaton dan kisah yang beredar secara lisan di masyarakat, Prabu Jayanegara dinobatkan tatkala masih berusia bajang atau masih kecil. Nama atau gelar Ratu Bajang pun melekat pada Jayanegara. 

Oleh karena itu, para peneliti menduga Candi Bajang Ratu berkaitan dengan tempat pendharmaan Jayanegara yang disebutkan dalam Pararaton dan Negarakretagama. 

Meski demikian, ada pula interpretasi fungsi Candi Bajang Ratu sebagai bangunan yang memang sudah ada sebelum Prabu Jayanegara wafat. Kala itu mungkin saja bangunan ini memang digunakan sebagai gapura belakang keraton.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut