MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Tradisi jamu di zaman Majapahit terwariskan pada masyarakat Jawa hingga hari ini. Keberadaan jamu bahkan muncul pada sejumlah peninggalan arkeologi kerajaan yang dibangun oleh Raden Wijaya ini.
Sejumlah candi seperti Candi Surowono dan Candi Rimbi memuat gambar bukti keberadaan jamu di tengah masyarakat Majapahit. Pahatan yang menunjukkan sejumlah tanaman dan perlengkapan jamu pun dapat dicermati pada dinding candi ini.
Selain itu, kutipan dari Kitab Korawacrama juga semakin memperkuat bahwa minuman jamu memiliki peranan penting sebagai obat-obatan tradisional pada masa lampau. Khususnya di zaman Majapahit.
Dalam tulisan "Minuman Jamu Tradisional sebagai Kearifan Lokal Masyarakat di Kerajaan Majapahit pada Abad ke-14 Masehi", Deby Lia Isnawati dan Sumarno menguraikan temuan terkait tanaman Jamu yang kerap digunakan masyarakat.
Deby dan Sumarno menyatakan bahwa jamu tradisional serta pemanfaataannya sebagai minuman kesehatan tradisional di Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 Masehi adalah hal yang tak dapat dielakkan. Teknik pengolahan jamu kala itu memang masih sederhana.
Namun, masyarakat telah sangat mengenal tanaman-tanaman Jamu di kehidupan keseharian. Tanaman Jamu ini pun dimanfaatkan mulai dari bagian umbi hingga bijih.
1. Rimpang atau Umbi
Bagian rimpang atau umbi merupakan bagian modifikasi batang tumbuhan yang menjalar di bawah permukaan tanah. Bagian ini dapat dapat menghasilkan tunas dan akar baru.
Pada zaman Majapahit, tanaman yang digunakan bagian rimpangnya adalah jahe, kunyit, kencur, lempuyang, temu kunci, lengkuas, dan temu giring.
2. Daun
Daun sebagai bagian tanaman yang digunakan untuk jamu banyak ditemukan di berbagai resep. Di zaman Majapahit, tanaman yang diambil bagian daunnya adalah sirih, kangkung, pandan, dan puring.
Penggunaan daun dalam jamu meliputi jenis jamu yang diminum maupun yang diborehkan pada luka. Tanaman ini biasanya masyarakat dapatkan di pekarangan mereka sendiri.
3. Batang
Bagian batang tanaman jamu yang kerap digunakan oleh masyarakat Majahapit adalah kayu manis, pulosari, dan pule. Tiga bahan ini juga masih populer digunakan sebagai bahan jamu hingga hari ini.
Meski demikian, barangkali para pembaca tidak terlalu akrab dengan tanaman pulosari dan pule. Sama seperti kayu manis, pulosari dan pule digunakan dalam bentuk kering.
4. Buah
Cukup bahyak jenis buah digunakan sebagai bahan jamu di zaman Majapahit. Buah-buahan ini pun relatif sangat dikenal masyarakat hingga hari ini.
Buah yang digunakan sebagai bahan jamu di Majapahit di antaranya adalah mengkudu, kelapa, jeruk nipis, belimbing wuluh, kapulaga, asam, dan buah maja. Buah maja yang menjadi lambang kerajaan ini pun tak kalah luar biasa khasiatnya.
5. Biji
Bagian tanaman berupa biji ternyata tidak luput dari kejelian para peracik jamu Majapahit yang disebut dengan acaraki. Biji kapur barus, kecubung, pala, dan adas adalah jenis biji yang digunakan dalam bahan jamu.
Penggunaan takaran bagian biji belum dapat diuraikan dengan pasti. Apakah bagian ini digunakan dalam jumlah banyak, atau hanya beberapa saja.
6. Akar
Akar tanaman banyak digunakan sebagai bahan obat. Khususnya dalam tradisi China.
Sayangnya, Deby dan Sumarno hanya mendapatkan catatan mengenai penggunaan akar aren sebagai bahan jamu. Tidak menutup kemungkinan ada juga jenis tanaman lain yang dimanfaatkan akarnya.
7. Seluruh tanaman
Terkait penggunaan seluruh bagian tanaman, maksudnya mulai dari daun hingga akar, Deby dan Sumarno menyebutkan tanaman Sambiloto. Tanaman ini memang dikenal dengan sejumlah khasiat.
Selain yang sudah disebutkan, diyakini masih banyak jenis tanaman Jamu yang digunakan di zaman Majapahit. Salah satu yang cukup unik adalah penggunaan beras atau biji padi.
Editor : Trisna Eka Adhitya