MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Kebohongan adalah tindakan yang bisa merusak relasi. Orang yang suka berbohong tentu memiliki alasan di balik tindakannya.
Namun, sejauh apa alasan orang berbohong tersebut bisa diterima? Psikologi merumuskan penjelasan alasan orang suka berbohong.
Ada kalanya alasan ini perlu dipahami. Namun, orang yang suka berbohong perlu berhati-hati. Sebab kebohongan bisa memicu rasa candu. Akibatnya mungkin berkembang ke masalah psikologis yang di luar dugaan.
Berikut ini Tim iNews merangkum 9 alasan orang suka berbohong.
1. Berbohong untuk menghindari hukuman.
Alasan ini menjadi motivasi yang paling sering diakui. Orang dewasa yang suka berbohong ataupun anak yang suka berbohong sering menjadikan ini sebagai alasan.
Faktanya, psikologi menilai tidak ada perbedaan signifikan untuk kebohongan yang dilakukan untuk menghindari hukuman atas kesalahan yang disengaja atau kesalahan yang tidak disengaja.
Dengan kata lain, kebohongan tetaplah kebohongan. Meski digunakan untuk melindungi diri dari kesalahan yang
2. Untuk mendapatkan hadiah atau apresiasi.
Alasan ini sering menjadi latar belakang orang berbohong. Alasan seperti ini bisa ditemukan dalam situasi profesional maupun ruang privat. Contohnya adalah sengaja memberiklaim pengalaman kerja saat wawancara kerja untuk meningkatkan peluang perekrutan.
3. Untuk melindungi orang lain.
Meski tampak seperti sbeuah kebaikan, alasan yang satu ini tidak merubah kebohongan sebagai kejujuran. Alasan seperti ini sering terjadi dalam kasus berbohong untuk menghindarkan orang yang disayangi mendapat hukuman.
Motif ini tidak berubah karena niat. Pada akhirnya ini hanya akan mengantar seseorang mendapat sesuatu dengan cara yang tidak tepat.
4. Untuk melindungi diri dari ancaman bahaya fisik.
Mungkin ini salah satu jenis "a little white lie". Kebohongan seperti ini terjadi ketika seseorang mencium adanya ancaman bahaya.
Misalnya seorang anak yang sendirian di rumah memberi tahu orang asing yang mengetuk pintunya bahwa ayahnya sedang tidur sekarang. Sang tamu akhirnya berbalik dan memutuskan akan kembali lagi nanti.
5. Untuk memenangkan kekaguman orang lain.
Alasan ini lebih abstrak dibanding mendapatkan hadiah atau pujian. Berbohong untuk meningkatkan popularitas bisa dimulai dari "kebohongan kecil" hingga menciptakan persona (buatan) yang sama sekali baru.
Dalam situasi yang lebih besar, alasan kebohongan yang ini justru bisa memicu masalah psikis serius pada si pembohong. Sebab pada dasarnya ia sendiri tidak bisa benar-benar mengukur sejauh apa kekaguman orang lain akan memuaskannya.
6. Keluar dari situasi sosial yang canggung.
Mungkin para pembaca pun pernah melakukan kebohongan dengan alasan satu ini. Misalnya saat menghindar dari momen kumpul keluarga di hari raya atau saat ingin mengakhiri percakapan telepon dengan orang yang membuat Anda kurang nyaman.
7. Untuk menghindari rasa malu.
Anak yang mengaku kursinya basah akibat tumpahan air, bukan karena mengompol, adalah contoh kebohongan untuk menghindari rasa malu. Ada kalanya kebohongan ini bisa diterima.
Namun, itu tergantung pada skala apa yang ditutupi. Apakah digunakan untuk menutupi aib kecil atau aib besar yang mungkin melukai orang lain? Misalnya orang tua yang menyuap pihak sekolah untuk menghindari anaknya tinggal kelas.
8. Untuk menjaga privasi.
Hal ini juga merupakan alasan kebohongan yang sering kita temui atau bahkan lakukan. Ada kalanya memang kita bertemu dengan lingkaran sosial yang selalu memburu kehidupan pribadi seseorang.
Saat itu, seseorang mungkin perlu berbohong untuk menjaga privasinya. Misalnya mengaku single untuk menghindari kehidupan pribadinya diusik.
9. Untuk menjalankan kekuasaan atas orang lain.
Bisa jadi ini adalah alasan berbohong yang paling berbahaya. Alasan ini digunakan untuk mengendalikan informasi yang dimiliki target.
Alasan kebohongan yang satu ini bisa saja disadari ataupun tidak. Yang jelas, orang yang memiliki kebiasaan berbohong dengan cara ini memiliki potensi untuk menjadi tiran.
Editor : Trisna Eka Adhitya