MOJOKERTO, iNews.id - Luas wilayah Majapahit melampaui luas wilayah Indonesia yang sekarang. Bagaimana tepatnya kerajaan ini mengelola sistem pemerintahan belum dapat dicontoh oleh negara manapun.
Meski relatif singkat, Majapahit berhasil mempertahankan kedaulatannya atas negara-negara atau kerajaan bawahan tersebut. Setidaknya hingga gejolak perebutan kekuasaan muncul dari dalam istana sendiri.
Dikutip dari buku "Menuju Puncak Kekuasaan, Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Prof. Slamet Mulyana, dalam kakawin Nagarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca pupuh 13 dan 14, Majapahit mempunyai wilayah di kepulauan Nusantara hingga di Semenanjung Melayu.
Berikut ini uraian betapa luas kerajaan Majapahit serta rekonstruksi peta wilayah kerajaan berdasar keterangan tersebut.
Dari Jawa hingga batas paling Timur
Peta Majapahit. (Foto: Direktori Majapahit)
Pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa yang paling jauh tersebut dalam Negarakretagama pupuh 14/5. Nama yang muncul adalah pulau Ambon atau Maluku, Seram, dan Timor.
Untuk wilayah Semenanjung Melayu, muncul nama Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, dan Jerai. Sebagian besar nama ini masih dikenal hingga sekarang.
Di antara wilayah-wilayah tersebut, hanya nama Irian yang tidak muncul. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa batas sebelah timur kerajaan Majapahit ialah kepulauan Maluku.
Prof. Slamet Mulyana menyebut bahwa keluasan wilayah ini tidak lepas dari adanya angan tentang kesatuan. Cita-cita yang pada akhirnya memengaruhi kelahiran Indonesia.
"Pada zaman kerajaan Majapahit telah timbul angan-angan tentang adanya negara kesatuan di wilayah Nusantara dan Semenanjung Melayu di bawah kekuasaan Majapahit. Dalam penyebutan nama dan penggolongannya Prapanca tidak meleset, padahal ia pasti belum menjelajah daerah-daerah itu seluruhnya. Kiranya ia mendapatkan nama-nama tersebut dari inventaris keraton atau dari tetamu atau orang-orang Majapahit yang pernah mengetahuinya," tulis Prof Slamet Mulyana.
Beliau menambahkan bahwa gagasan adanya negara kesatuan di wilayah Nusantara dan Semenanjung Melayu pada zaman Majapahit mempunyai arti yang penting untuk perkembangan politik negara. Itu tidak hanya bagi kerajaan Majapahit, tetapi juga bagi kerajaan sesudahnya.
Negara-negara sahabat menjangkau wilayah Siam
Pada pupuh 15/1, Mpu Prapanca menyebut berbagai nama negara di daratan Asia. Khususnya negara yang terletak di garis pantai.
Syangka (Siam) ditandai dengan nama Ayodhyapura. Bangkok muncul dalam nama Dharmmanagari atau Sri Dharmaraja.
Seterusnya Mpu Prapanca menyebut Marutma (Muttaman), sekarang menjadi Martaban, pusat kerajaan Mon. Lalu Rajapura ibu kota Kalingga. Singhanagari, kemudian Campa, Kamboja dan Yawana.
Negara-negara sepanjang tepi pantai itu disebut sebagai negara sahabat, bukan negara atau kerajaan jajahan.
Editor : Trisna Eka Adhitya