MOJOKERTO, iNews.id - Membayangkan seperti apa kehidupan masyarakat Jawa di zaman Majapahit selalu menarik hati. Rentang berabad-abad dari kerajaan yang didirikan Raden Wijaya itu membuat rasa penasaran sekaligus bangga.
Dulu, di Jawa pernah pernah berdiri sebuah kerajaan masyhur yang luas wilayahnya mencapai negeri Syam. Di masa itu, penduduk Majapahit hidup dalam kesederhanaan dan sahaja.
Dalam buku" Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian" yang ditulis Agus Munandar, diuraikan gambaran kehidupan masyarakat Majapahit. Sumber catatan ini adalah jurnal Ma Huan, salah seorang pelaut dalam rombongan Cheng Ho yang mendatangi Majapahit pada abad 15.
Cara berpakaian penduduk Majapahit
Dituliskan dengan sangat jelas dalam laporan Ma Huan tentang bagaimana masyarakat di ibukota Majapahit berpakaian. Ma Huan menyebut bahwa penduduk telah memakai kain dan baju.
Ibukota Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Di masa itu, angka ini menunjukkan kondisi kota yang cukup besar.
Kota yang ramai atau banyak penduduk mengindikasikan bahwa kota tersebut termasuk kota utama. Di mana perangkat dan sistemnya lebih maju dibanding kota lain.
Ma Huan menyebutkan bahwa kaum lelaki Majapahit umumnya berambut panjang dan diurai. Sementara itu, para wanitanya bersanggul.
Hal yang unik adalah setiap laki-Iaki, mulai dari yang berumur tiga tahun ke atas, selalu dilengkapi dengan keris di belakang tubuh mereka. Hal ini tidak berbatas pada kelas orang atas atau masyarakat biasa.
Mengenakan keris bagi laki-laki tampaknya menjadi hal yang wajib dan sakral bagi seluruh penduduk Majapahit. Keris-keris tersebut pegangannya yang diukir dengan indah. Bahkan ada yang terbuat dari emas, cula badak, atau gading.
Keris ini difungsikan terutama dalam pertarungan. Apabila bertengkar, para laki-lqki ini dengan cepat bersiap menarik kerisnya.
Aktivitas sehari-hari di rumah para penduduk Majapahit
Orang-orang Majapahit duduk di rumahnya tanpa menggunakan bangku. Ma Huan mencatat bahwa orang-orang Majapahit juga tidur tanpa ranjang dan makan tanpa memakai sumpit.
Seperti yang diketahui hari ini, cara makan orang Jawa pada umumnya memang khas dengan cara 'muluk'. Yaitu makan menggunakan tangan.
Mengunyah sirih adalah bagian dari aktivitas keseharian. Baik laki-Iaki maupun perempuan senang memakan sirih sepanjang hari.
Tak hanya untuk konsumsi pribadi, penduduk Majapahit juga kerap menyuguhkan sirih sebagai wujud penghormatan kepada tamu.
Setiap penduduk tinggal dalam rumah-rumah yang disusun berjajar dengan rapi. Lantainya pun dilapisi bata.
Catatan Ma Huan ini membuat kita bisa membayangkan betapa asri dan semarak kehidupan di ibukota Majapahit. Di antara kesibukan pekerjaan para penduduknya, aktivitas di perkampungan pastilah sangat menarik hati Ma Huan.
Baik pamandangan para perempuan dengan sanggul, maupun laki-laki yang selalu dilengkapi keris di tubuh, itu sudah tidak bisa dilihat lagi.
Editor : Trisna Eka Adhitya