MOJOKERTO, iNews.id - Petirtaan Jolotundo berada di wilayah Gunung Penanggungan, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas. Jarak candi Jolotundo dari kota Surabaya adalah sekitar 55km.
Petirtaan Jolotundo adalah bangunan petirtaan yang di buat pada zaman Prabu Airlangga (Kerajaan Kahuripan). Petirtaan ini disebut sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga setelah mengundurkan diri dari singgasana.
Masyarakat sekitar meyakini air Jolotundo mengandung banyak khasiat. Petirtaan ini pun selalu ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu.
Misalnya momen 1 Suro. Banyak orang datang ke Jolotundo untuk mandi atau sekadar membawa airnya sebagai obat alternatif di rumah.
Jolotundo lebih tua dari Majapahit
Ukuran kolam petirtaan utama adalah panjang: 16,85 m, lebar: 13,52 m dan kedalaman: 5,20 m. Bangunan petirtaan terbuat dari batu andesit yang dipahat halus.
Ada pahatan angka 899 di sebelah kanan bangunan candi. Bukti tersebut diyakini oleh para ahli sebagai angka tahun dibuatnya petirtaan Jolotundo.
Candi ini adalah monumen cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran anaknya, Prabu Airlangga. Pada relief candi didapatkan kisah Raja Udayana (Bali) yang menikah dengan Gunapriya Dhamapatmi, putri Kerajaan Medang berwangsa Isyana.
Air Jolotundo kualitasnya no. 2 di dunia
Keunikan pertitaan Jolotundo adalah debit airnya yang tidak pernah berkurang. Bahkan kala musim kemarau.
Berdasarkan penelitian tahun 1994, kualitas air Jolotundo diketahui terbaik no. 2 di dunia setelah air zamzam. Kandungan mineralnya sangatlah tinggi.
Barangkali hal tersebut bisa menjelaskan mengapa masyarakat percaya bahwa air Jolotundo berkhasiat. Pada hari-hari tertentu, kolam Jolotundo dijadikan tempat ritual bagi sebagian orang untuk mencari berkah.
Lingkungan sekitar candi Jolotundo juga cukup asri bagi orang yang mencari suasana alam yang menenangkan. Tempat ini pada dasarnya merupakan lokasi wisata arkeologi yang layak dicoba.
Editor : Trisna Eka Adhitya