MOJOKERTO, iNews.id - Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari melakukan silaturahmi dengan para pengurus rumah ibadah yang ada di Kota Mojokerto, Rabu (25/5/2022) di kantor Pemkot Mojokerto. Terdiri dari pengurus masjid, mushola, gereja, vihara dan juga klenteng.
Silaturahmi ini bertujuan untuk menyatukan persepsi agar anak-anak di Kota Mojokerto dapat familiar dengan rumah ibadah. Dengan demikian, pendidikan karakter berbasis agama dapat digiatkan sejak dini.
"Dari perspektif saya anak ini sejak dini harus familiar dengan tempat ibadah. Jangan sampai anak kita tidak menyukai tempat ibadah karena mungkin dianggap kurang bisa menjaga kesucian. Sehingga anak ini dihalau atau diberi peringatan. Sehingga menimbulkan trauma dan antipati tehadap tempat ibadah," ujarnya ketika memberikan arahan.
Menurut dia dari kecil anak harus dikenalkan tempat ibadah sedini mungkin. Fasilitas yang ada di dalamnya pun juga harus ramah anak.
"Saya berterima kasih ada seratusan masjid ada tiga ratusan mushola itu sebagian besar di masjid dan mushola nempel TPQ. Itu artinya memang tempat ibadah itu harus ramah anak," bebernya.
Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita itu melanjutkan, sejauh ini Kota Mojokerto ini sudah empat kali berturut mendapatkan penilaian kota layak anak. Dua kali kota layak anak tingkat Pratama, kemudian dua kali kota layak anak di tingkat Madya.
"Tentu harapan kita semakin tahun ada peningkatan. Karena dengan peningkatan semakin ke atas indikator atau lokus semakin meluas," tegas dia.
Ning Ita menjelaskan jika Pratama indikatornya sedikit. Kemudian naik ke madya bertambah lagi. "Harapan kami bisa naik ke Nindya, nanti paling tinggi utama. Kalau utama ini seratus persen, tentu harapannya ke sana," cetus istri dari Supriyadi Karima Saiful ini.
Menurut data dari Kepolisian dan BNN, saat ini kenakalan anak atau remaja terus meningkat. Untuk mengurangi hal itu, maka peran tempat ibadah sebagai bagian dari pendidikan karakter berbasis agama harus ditingkatkan.
"Angka kenakalan anak dari waktu ke waktu dan tahun ke tahun alami peningkatan. Dan sekian banyak kejadian kasus itu ketika kami lakukan evaluasi secara mendetail ada hak mereka yang tidak kita penuhi. Contoh apakah itu kedua orang tuanya sibuk dalam bekerja, sehingga tak memberikan waktu untuk mendengarkan dan beri kasih sayang," lanjutnya.
Sebab itu, untuk menangkal terjadinya peningkatan kenakalan pada anak ini dia berharap ada partisipasi dari masyarakat juga saat ini dan bukan hanya pemerintahan saja.
"Maka ini sifatnya ini bersama. Maka kami bentuk tim pendamping keluarga. Saya buatkan SK untuk tiga dinas, melibatkan PKK, dan juga Dharma Wanita ini bentuk tim pendamping keluarga," pungkas wali kota perempuan pertama di Kota Mojokerto ini.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait