JAKARTA, iNewsMojokerto.id - 10 tokoh resmi bergelar pahlawan nasional pada tahun 2025, di antaranya Presiden RI ke-2 Soeharto dan presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan 10 nama pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 116 TK tahun 2025 tentang penganugerahan gelar nasional, Senin (10/11/2025).
Sebelumnya, Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyebut, semua yang mendapat gelar Pahlawan Nasional telah memenuhi syarat.
Dia menjelaskan, proses asesmen terhadap gelar pahlawan nasional ini sudah dilakukan berjenjang sejak tingkat kabupaten/kota. Nama-nama ini diserahkan kepada Dewan Gelar dan dilaporkan ke Presiden.
"Semua sudah dilalui prosesnya, siapa pun nanti yang ditetapkan oleh Presiden tentu sudah sangat memenuhi syarat," ujar Gus Ipul di Cakung, Jakarta Timur, Minggu (9/11/2025).
Daftar 10 Tokoh Bangsa Bergelar Pahlawan Nasional beserta profil singkatnya.
1. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Gus Dur adalah Presiden Keempat Republik Indonesia. Gus Dur menduduki kursi orang nomor satu di Indonesia pada 20 Oktober 1999, menggantikan B.J. Habibie. Masa pemerintahannya tidak lama, berakhir hingga 23 Juli 2001.
Gus Dur lahir di Jombang, 7 September 1940, anak pertama dari enam bersaudara. Gus Dur adalah putra dari KH Wahid Hasyim dan Hj. Sholichah. Gus Dur juga merupakan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
2. Soeharto
Soeharto adalah perwira militer dan politikus yang menjabat sebagai Presiden Indonesia kedua. Masa jabatannya terlama dalam sejarah Indonesia, yakni selama 31 tahun dan 70 hari.
Soeharto lahir di Bantul pada 8 Juni 1921 dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Soeharto menikah dengan Siti Hartinah dikaruniai enam orang anak yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Yakni Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
3. Marsinah
Marsinah lahir 10 April 1969 dan wafat 8 Mei 1993, merupakan seorang buruh pabrik sekaligus aktivis yang vokal memperjuangkan hak-hak pekerja di masa pemerintahan Orde Baru (Orba).
Dia bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS) yang berlokasi di Porong, Sidoarjo. Setelah menghilang selama tiga hari, Marsinah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di kawasan hutan Wilangan, dengan bekas penyiksaan yang parah. Pahlawan butuh ini dimakamkan di Nganjuk.
4. Sarwo Edhie Wibowo
Sarwo Edhie Wibowo lahir pada 25 Juli 1927 – 9 November 1989, adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.
5. Mochtar Kusumaatmadja
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. (17 Februari 1929 – 6 Juni 2021) adalah seorang akademisi dan diplomat Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri dari tahun 1978 sampai 1988. Selain itu ia adalah guru besar di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.
6. Rahmah El Yunusiyah
Rahman seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri diniyah putri, perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Sewaktu revolusi nasional indonesia, ia memelopori pembentukan unit perbekalan tentara keamanan rakyat (TKR) di Padang Panjang serta menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata mereka. Rahma lahir 26 Oktober 1900 dari pasangan Muhammad Yunus dan Rafia di Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang, Hindia, Belanda dan meninggal 26 Februari 1969 (umur 68) di Padang Panjang, Sumatera Barat.
7. Sultan Muhammad Salahudin
Muhammad Salahuddin adalah seorang sultan bima XIV yang bertakhta dari 1915 sampai 1951. Dia dikenal sebagai sosok pemimpin yang tidak hanya berjuang di masa penjajahan, tetapi juga melampaui zamannya dengan pemikiran yang progresif, humanis, dan penuh keberanian moral.
Di masa penuh tekanan kolonial dan transisi menuju kemerdekaan, ia menjadikan kekuasaan bukan sebagai alat dominasi, tetapi sarana pengabdian bagi rakyat. Ia membuka akses pendidikan, memperkuat ekonomi lokal, serta menjaga semangat kebangsaan di wilayah timur Indonesia yang kala itu jarang mendapat perhatian nasional.
8. Syaikhona Muhammad Kholil
Syaikh Kholil lahir sekitar 25 Mei 1835 atau 9 Shafar 1252 Hijriah di Kemayoran, Bangkalan, Madura. Ayahnya adalah Kiai Haji Abdul Latif, putra Kiai Hamim bin Kiai Abdul Karim, keturunan dari Sayyid Sulaiman, cucu Sunan Gunung Jati. Sementara ibunya, Syarifah Khodijah juga berasal dari garis keturunan yang sama melalui Kiai Abdullah bin Ali Akbar bin Sayyid Sulaiman.
Syaikhona Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau 24 April 1925 M, dan dimakamkan di Desa Martajasah, Bangkalan.
9. Tuan Rondahaim Saragih
Tuan Rondahaim Saragih lahir pada tahun 1828 di wilayah Simalungun. Ia merupakan keturunan bangsawan Batak dan memimpin Kerajaan Raya Simalungun sebagai raja ke-14 pada abad ke-19. Gelar kehormatannya, “Namabajan”, mencerminkan perannya sebagai pemimpin diplomatik dan tokoh adat yang disegani.
Rondahaim Saragih lahir 17 Februari 1929 Batavia, Hindia Belanda dan meninggal dunia pada 6 Juni 2021 (umur 92) di Jakarta.
10. Zainal Abidin Syah
Zainal Abidin Syah merupakan Sultan Tidore periode 1947-1967, ia mempunyai peranan penting di dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat. Pengangkatan Zainal Abidin Syah sebagai Gubernur Irian Barat pertama karena memanasnya hubungan antara Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Zainal Abidin Syah wafat pada 4 Juli 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha Ambon. Ia meninggalkan 1 orang istri dan 5 anak
Editor : Zainul Arifin
Artikel Terkait
