"Sebagai pembelajaran juga, kita harus melihat bahwa sisi musibah itu pasti ada sebab. Namun sebab itu secara logika atau akal tidak serta merta dijadikan alasan meminta pertanggungjawaban kepada yang melahirkan sebab, karena sebab di sini unsurnya tidak ada kesengajaan," tuturnya.
Sebagai pengemban pesantren, Gus Ulib mengaku memiliki satu perasaan sama dengan pesantre lain, yakni turut berbelasungkawa atas tragedi tersebut. "Cukuplah kematian sebagai pelajaran. Makolah ini mungkin mewakili tragedi di ponpes Al Khoziny, mari kita ucapkan innalilahi," ujar putra almarhum KH As'ad Umar ini.
Terkait pemerintah yang kini tengah melakukan pendataan perizinan pesantren, Gus Ulib mendorong dilakukan dengan pola jemput bola, yakni petugas mendatangi pesantren. Tidak sekedar menyurvei dan mendata, tetapi juga memberikan penyuluhan berkaitan pengurusan perizinan maupun perihal lainnya.
"Kebanyakan orang orang pesantren itu awam dalam hal administrasi, termasuk penataan izin dan segala macemnya. Kebanyakan masyarakat yang mendirikan pesantren itu hanya lebih memahami bidang agama saja. Jadi ada bijaknya pemerintah jemput bola menawarkan dan memberikan penyuluhan kepada pesantren untuk membuat izin dan dipermudah," imbuhnya
Diketahui, gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Ponoes Al Khoziny di Buduran Sidoarjo, ambruk pada Senin (29/9/2026) sore. Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih tahap pembangunan itu.
Editor : Zainul Arifin
Artikel Terkait
