“Setelah ada laporan 10 kabupaten/kota di Jawa Timur yang mengalami KLB campak, kami segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Jember dan provinsi untuk memperkuat kolaborasi. Tujuannya agar masalah ini bisa ditangani bersama dan anak-anak di Jember bisa lebih sejahtera,” ujar Health Specialist UNICEF Indonesia, Dr. Armunanto, MPH.
Menurut Armunanto, meski jumlah kasus campak di Jember relatif kecil dibandingkan daerah lain, besarnya populasi menjadikan jumlah absolut kasus tetap signifikan.
“Kontribusi Jember dalam menangani KLB ini sangat penting, karena keberhasilan Jember juga akan mendukung keberhasilan Jawa Timur dan nasional. Jika Jawa Timur selesai, maka masalah campak di tingkat nasional juga bisa teratasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, hasil investigasi menunjukkan tidak ada kasus kematian akibat campak di Jember. Hal ini menandakan masih ada perlindungan bagi anak-anak yang sebelumnya telah mendapatkan imunisasi.
“Meskipun ada anak yang belum terimunisasi, perlindungan yang sudah ada membuat tidak sampai terjadi kasus kematian di Jember,” katanya.
Terkait ketersediaan vaksin, UNICEF memastikan seluruh kebutuhan dipenuhi oleh pemerintah pusat. Mekanismenya, kabupaten melaporkan jumlah sasaran ke provinsi, lalu diteruskan ke pusat untuk pengiriman vaksin.
“Begitu ada permohonan daerah untuk mengejar atau melengkapi imunisasi, pusat akan memenuhi kebutuhan vaksin. Selanjutnya daerah harus melaksanakan vaksinasi setelah distribusi diterima,” jelas Armunanto.
UNICEF berharap kesadaran dan kerja sama semua pihak dapat mempercepat penanganan campak di Jember sehingga anak-anak terlindungi dari risiko penyakit berbahaya ini.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait
