MOJOKERTO - Gerimis belum reda saat Sofi (27) sibuk memandu mobil pengunjung Wisata Sawah Sumber Gempong masuk ke area parkir, Minggu (3/3/204). Pemuda lajang itu membiarkan bajunya basah agar antrean kendaraan tidak menumpuk dan menghalangi jalan.
Dengan suara lantang, Sofi meminta pengemudi untuk memutar setirnya ke kiri atau ke kanan, diikuti gerakan tangan dengan penuh cekatan. Tak lama berselang, tangan kanannya dikepalkan ke atas, isyarat bahwa pengemudi harus berhenti karena mobil sudah terparkir sempurna dan aman.
Di bawah lokasi parkir, kereta sawah mulai merayap, membawa puluhan pengunjung keliling menikmati udara segar persawahan. Sementara dari kejauan anak-anak tertawa riang menikmati aneka permainan.
Hari Minggu, pengunjung wisata Sawah Sumber Gempong, Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto sangat ramai. Beberapa di antara mereka datang membawa mobil. Saat itulah Sofi bersama warga lainnya yang kebagian jaga parkir akan dibuat sibuk.
Sofi sibuk mengatur parkir mobil pengunjung Wisata Sumber Gempong. (Ihya' Ulumuddin).
Meski begitu, mereka menjalaninya dengan gembira. Sebab, semakin ramai pengunjung, semakin banyak pula uang yang bisa mereka bawa pulang.
"Hari Minggu begini biasanya dapat Rp200.000. Kalau hari biasa, paling jelek Rp50.000," kata Sofi sambil menyeka keringat yang mengalir ke kelopak mata.
Sesuai kesepakatan, petugas jaga parkir yang berjumlah 30 orang memperoleh 70 persen dari total pendapatan setiap hari. Sementara sisa 30 persen akan masuk ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pengelola objek wisata.
Bagi Sofi, pendapatan itu luar biasa besar. Apalagi sejak dia menganggur usai di PHK dari hotel tempatnya bekerja sebagai cleaning service.
Sofi mengaku sudah berkali-kali pindah kerja. Dari menjadi kuli bangunan, penjaga warung kopi, kernet truk rute Mojokerto-Jakarta, hingga cleaning service hotel yang berujung PHK.
Namun, hadirnya Wisata Sawah Sumber Gempong kembali menyalakan semangatnya yang sempat padam. Sofi bisa kembali bekerja, dapat jatah pendapatan parkir dan tetap dekat dengan keluarga.
"Alhamdulillah, bisa untuk bantu ibu belanja dan ngopi," ujarnya lantas tertawa.
Lokasi wisata alam itu berada di Dusun Sumber Gempong, Desa Ketapanrame. Sekitar 2 kilometer dari pusat kota Kecamatan Trawas. Di dusun itu pula Sofi tinggal bersama adik dan kedua orang tuanya.
Bukan hanya Sofi yang mendapatkan manfaat atas keberadaan Wisata Sawah Sumber Gempong tersebut, tetapi seluruh warga yang menjadi mitra atau bekerja di tempat wisata. Supri salah satunya. Petani 65 tahun itu ikut kecipratan rezeki dari Wisata Sawah Sumber Gempong karena letak ladang yang berimpitan.
Di ladang itu, Supri mendirikan gubuk sederhana dan menjajakan hasil ladang kepada pengunjung wisata. Ada ketela, kacang panjang, rempah, jagung serta aneka sayur dan buah.
Hasilnya tentu menguntungkan, ketimbang hanya bergantung pada hasil panen sawah seperti beberapa tahun sebelumnya. "Kalau hanya bertani seperti dulu ya pas-pasan. Sekarang bisa bawa uang minimal Rp100.000 dari jualan ini. Alhamdulillah," kata bapak dua anak tersebut.
Kepala Desa Ketapanrame, Mojokerto, Zainul Arifin. (Ihya' ulumuddin).
Berkah Desa BRILiaN
Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin menceritakan, Wisata Sawah Sumber Gempong dibangun 2019 silam. Destinasi baru itu dibangun sebagai pengembangan dari wisata pertama di Taman Ganjaran di desa yang sama.
Namun, wisata alam di atas tanah bengkok desa seluas 3,5 hektare itu baru berkembang pesat tiga tahun berselang. Geliat wisata itu terlihat setelah Desa Ketapanrame terpilih sebagai pemenang kedua Desa BRILiaN dari BRI tahun 2021. Atas prestasi itu, Desa Ketapanrame diganjar insentif Rp1 miliar.
Berkat suntikan BRI itu, fasilitas wisata Sumber Gempong semakin bagus dan lengkap. Dampaknya, pengunjung menjadi ramai. "Fasilitas wisata kami bangun dari insentif Rp1 miliar. Ada gedung pertemuan, gapura, guest house, perbaikan paving dan pujasera," katanya.
Arifin menyebutkan, Desa Ketapanrame terpilih sebegai pemenang kedua Desa BRILiaN berkat dua hal. Pertama, pemberdayaan masyarakat desa dengan model mitra usaha. Kedua, manajemen keuangan berbasis rekening bank untuk semua mitra usaha.
"Semua warga yang menjadi mitra wisata di sini wajib buka rekening BRI. Kita butuh BRI untuk transaksi antarpelaku. Tujuannya agar keuangan terkelola dengan tertib dan transparan," katanya.
Uang dari hasil pendapatan karcis masuk, tiket wahana, kios, hingga warung yang ada di lokasi wisata disetorkan ke rekening induk BUMDes. Setelah itu bagi hasil pendapatan didistribusikan lagi kepada semua mitra melalui rekening masing-masing.
Sukses Desa Ketapanrame mengembangkan Wisata Sawah Sumber Gempong lewat program Desa BRILiaN mengundang perhatian lebih dari BRI. Karena itu, pada tahun 2023 lalu, dusun paling miskin di Desa Ketapanrame itu mendapat suntikan dana lagi Rp500 juta.
Di luar itu, warga yang menjadi mitra usaha juga mendapatkan pendampingan. Mereka diajari manajemen keuangan, digitalisasi, penggunaan aplikasi Qris hingga BRImo.
Mitra petani kopi misalnya, mendapatkan bantuan alat roasting dan pengembangan usaha. Sementara para peternak mendapatkan bantuan perbaikan kandang. "Kami semua bersyukur dan berterima kasih dengan adanya Desa BRILiaN ini," ujarnya.
Jadikan Warga Mitra Usaha
Peran aktif warga desa menjadi kunci kesuksesan Wisata Sawah Sumber Gempong Desa Ketapanrame. Keterlibatan seluruh warga menjadikan destinasi wisata itu cepat berkembang dan survive.
Peluang itu sengaja diberikan kepada warga setempat agar bisa ikut merasakan manfaat atas keberadaan objek wisata tersebut. Mereka bisa mendirikan warung, kios, ikut jaga parkir atau bahkan berinvestasi dengan mengisi dan mengelola wahana permainan di objek wisata tersebut.
Warga Susun Sumber Gempong menjajakan hasil ladangnya di kompleks wisata. (Ihya' Ulumuddin).
"Di Dusun Sumber Gempong ini ada 160 KK (Kepala keluarga). Semuanya tertampung. Mereka bisa berinvestasi, menjadi mitra pedagang atau jaga parkir. Jadi tidak ada lagi yang menganggur," ujarnya.
Namun, untuk pemerataan, setiap KK hanya dibatasi menjadi mitra di salah satu unit usaha yang ada. Misalnya warga yang sudah menjadi mitra pedagang (membuka warung) tidak boleh berinvestasi di wahana permainan, begitu juga sebaliknya.
Besaran investasi juga dibatasi, maksimal Rp10 juta. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi monopoli, sehingga warga yang kurang mampu juga bisa ikut berinvestasi.
"Kami buat model saham. Per lembarnya Rp1 juta. Kalau ikut Rp10 juta berarti dapat 10 lembar laba," ujarya.
Arifin mencontohkan, jika laba perlembar saham Rp150.000, maka warga yang berinvestasi Rp10 juta mendapatkan keuntungan Rp1,5 juta per bulan. Kendati demikian, faktanya lebih tinggi lagi. Rata-rata setiap mitra investasi dapat Rp2 juta per bulan.
Pendapatan tinggi itu didapat karena tingkat kunjungan Wisata Sawah Sumber Gempong cukup tinggi. Untuk hari-hari biasa misalnya, jumlah pengunjung rata-rata 500-1.000 orang. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu rata-rata 5.000 orang.
Arifin mencatat, setiap bulan rata-rata setoran pendapatan dari semua mitra usaha mencapai Rp200 juta. Sedangkan setiap tahun, pendapatan bersih dari semua unit usaha desa tembus hingga Rp4,3 miliar.
"BUMDes hanya mengambil 10 persen. Sisanya kami kembalikan ke masyarakat. Untuk deviden, tambahan gaji kepala desa dan perangkat, insentif guru ngaji, santunan anak yatim hingga layanan kesehatan gratis untuk warga miskin," katanya.
Arifin bersyukur atas semua capaian itu. Sebab, desa yang dulunya miskin dan banyak pengangguran kini berangsur sejahtera. Bahkan Dusun Sumber Gempong yang masuk kategori paling miskin juga mulai berubah. Mereka kini bebas dari belenggu kemiskinan.
Arifin menceritakan, sebelum ada wisata, warga di Dusun Sumber Gempong hanya bergantung pada hasil pertanian. Sementara lahan pertanian di wilayah tersebut tidak produktif gegara sering banjir. Imbasnya, tanah tak begitu subur dan bulir padi menjadi kecil.
Masa sulit itu telah berlalu. Kini tidak ada lagi warga menganggur di dusun tersebut. Mereka bisa bekerja di tempat wisata mereka sendiri. Sementara lulusan SMA juga sudah banyak yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Kendati demikian, Arifin tidak lantas berpuas diri atas capain saat ini. Sebab, menurutnya kehidupan selalu dinamis. Jika saat ini potensi wisata desa berada di puncak, mungkin selanjutnya akan ketinggalan.
"Agar bisa eksis, masyarakat harus rukun dan sama-sama menjaga. Jangan sampai ada kecemburuan di antara mitra usaha. Sebab, boleh jadi keuntungan mereka berbeda," katanya.
Dia juga berharap, BRI melalui Desa BRILiaN bisa terus memberikan pendampingan, sehingga kualitas SDM para pelaku wisata di desanya semakin baik.
Diketahui, Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa berbasis kearifan lokal. Program yang diinisasi BRI ini bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa agar masyarakatnya lebih berdaya. Berdasarakan data BRI, hingga akhir tahun 2023, terdapat 3.178 desa yang telah mendapatkan pemberdayaan Desa BRILiaN.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait