JAKARTA, iNewsMojokerto.id - Cara astronot berkomunikasi ke bumi dari luar angkasa menarik diulas. Pasalnya, ternyata cara berkomunikasi astronot di angkasa cukup berbeda dengan saat berada di bumi.
Dikutip dari halaman NASA, ternyata cara komunikasi astronot di luar angkasa dilakukan dengan cara pertukaran data atau sinyal melalui Program Space Communications and Navigation (SCan). Program memungkinkan komunikasi astronot di International Space Station (ISS), penjelajah Mars, atau misi Artemis ke Bulan.
Komunikasi luar angkasa bergantung pada dua hal yakni pemancar dan penerima. Pemancar mengkodekan pesan ke gelombang elektromagnetik lewat modulasi, yang mengubah sifat gelombang untuk mempunyai data.
Gelombang tersebut mengalir lewat ruang menuju penerima. Penerima mengumpulkan gelombang elektromagnetik dan mendemodulasinya, mendekode pesan pengirim.
Intinya, komunikasi luar angkasa menyerupai komunikasi nirkabel di rumah. Berkomunikasi dari luar angkasa melibatkan lebih dari sekadar mengarahkan antena pesawat ke Bumi.
NASA mempunyai jaringan antena pesawat luar angkasa ke Bumi. Badan antariksa Amerika memiliki jaringan antena luas di seluruh dunia, di tujuh benua untuk menerima transmisi dari pesawat luar angkasa.
Engineer jaringan dengan hati-hati merencanakan komunikasi antara stasiun Bumi dan luar angkasa, memastikan antena baik dengan frekuensi sangat tinggi dan jarak jauh untuk menerima data. Selain cara di atas, banyak misi NASA mengandalkan satelit relai guna mengirimkan datanya ke Bumi.
Misalnya, stasiun luar angkasa berkomunikasi melalui Tracking and Data Relay Satellites (TDRS), yang mengirimkan data ke stasiun bumi di New Mexico dan Guam. Perseverance akan mengirimkan data melalui pengorbit di sekitar Mars, yang meneruskan data tersebut ke Bumi.
Relai menawarkan keunggulan unik dalam hal ketersediaan komunikasi. Misalnya, penempatan TDRS di tiga wilayah berbeda di atas Bumi menawarkan jangkauan global dan komunikasi hampir terus-menerus antara misi orbit rendah Bumi dan darat.
Dibanding menunggu melewati stasiun Bumi, pengguna TDRS dapat menyampaikan data 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. NASA mengkodekan data pada berbagai pita frekuensi elektromagnetik.
Bandwidth memiliki kemampuan yang berbeda. Bandwidth yang lebih tinggi dapat membawa lebih banyak data per detik, memungkinkan pesawat ruang angkasa menurunkan data lebih cepat.
Saat ini, NASA mengandalkan terutama gelombang radio untuk komunikasi. Tapi, NASA sedang mengembangkan cara demi berkomunikasi dengan laser infra merah.
Jenis transmisi ini dijuluki komunikasi optik, menawarkan kecepatan data misi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Menariknya, komunikasi tidak terjadi secara instan.
Mereka terikat oleh batas kecepatan universal yang terdiri dari kecepatan cahaya, sekitar 186.000 mil per detik. Untuk pesawat ruang angkasa yang dekat dengan Bumi, penundaan waktu ini tidak begitu terasa.
Kendati demikain, lebih jauh dari Bumi, latensi bisa menjadi tantangan. Pada pendekatan terdekat Mars, sekitar 35 juta mil jauhnya, penundaannya sekitar empat menit.
Saat planet-planet berada pada jarak terjauhnya, sekitar 250 juta mil jauhnya, penundaannya sekitar 24 menit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait