Ia sempat mendapat asa kala Komisaris Tinggi untuk Pengungsi di PBB di tahun 1981 yang bersedia memberikannya status sebagai pengungsi. Status pengungsi membuat Mehran dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan di negara-negara Eropa.
Ia lalu memutuskan kembali ke Inggris untuk tinggal disana. Namun rencananya berantakan setelah ia berada di Bandara Internasional Charles de Gaulle, Prancis dimana disana ia kehilangan tas berisi seluruh dokumennya.
Tanpa surat-surat itu, Mehran tidak bisa diterima di Inggris maupun Prancis. Ia hanya bisa berada di bandara itu karena tempat itu merupakan ruang internasional yang tidak didefinisikan sebagai sebuah negara.
Mahren pun akhirnya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dan mengamati para penumpang pesawat. Untuk makanan, ia hanya mengisi perutnya dengan McDonald's dan mandi di toilet bandara.
Sesekali ia mendapat sumbangan dari penumpang yang merasa iba. Dari kisahnya ini, akhirnya mampu menarik perhatian seorang pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) Prancis bernama Cristian Bourguet.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait