MOJOKERTO, iNews,id - Raden Wijaya menempuh rute pelarian panjang kala menghadapi pemberontakan Jayakatwang. Hal ini terjadi pada masa awal pendirian Majapahit.
Rute pelarian Raden Wijaya secara rinci tercatat dalam Prasasti Kudadu. Prasasti Kudadu merupakan prasasti peninggalan jaman Majapahit yang berangka tahun 1216 saka atau 1294 M.
Prasasti Kudadu dibuat sebagai monumen penetapan Desa Kudadu sebagai tanah sima atau tanah anugerah raja. Anugerah tersebut diberikan oleh Prabu Kertarajasa atau Raden Wijaya kepada Rama Kudadu.
Ditemukan di lereng Gunung Butak
Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak pada masa kolonial. Gunung Butak terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berdekatan dengan Gunung Kawi.
Prasasti ini menarik perhatian J.L. Brandes. Peneliti Belanda tersebut sudah banyak menyebut terjemahan Prasasti Kudadu dalam catatan pribadinya mengenai Pararaton.
Dari terjemahan awal J.L. Brandes itulah ditelusuri rute panjang pelarian Raden Wijaya dan tentang penyebutan sejumlah wilayah di Jawa Timur. Salah satunya dicurigai merupakan wilayah Sidoarjo.
Raden Wijaya bersembunyi di Desa Kudadu
Prasasti Kudadu bercerita tentang Raden Wijaya yang dibantu oleh Rama Kudadu saat berlari dari ancaman Jayakatwang. Tujuan utama pelarian Raden Wijaya tersebut adalah mencapai Pulau Madura.
Prasasti ini dituliskan dalam lempeng tembaga. sayangnya beberapa lempengnya hilang.
Prof. Muhammad Yamin dalam buku "Tatanegara Majapahit Sapta Parwa I" menyebutkan transkripsi prasasti. Pada lempeng VIII.a dapat dibaca dalam terjemahan berikut:
"Siang harinya, Sri Maharaja dan para pengikut sampai di Kudadu dalam keadaan lapar, letih, dan berduka. Kepala desa Kudadu menyambut mereka dan memberikan bakti berupa makanan, minuman, nasi, semua dipersembahkan kepada Sri Maharaja. Kepala desa Kudadu juga memberikan tempat persembuyian kepada Sri Maharaja dan pasukannya agar tidak ditemukan musuh. Kemudian, kepala desa Kudadu menunjukkan jalan dan mengantarkan Sri Maharaja hingga sampai ke Rembang, ketika Beliau (Sanggramawijaya) berniat mengungsi ke Madura."
(Sumber terjemahan: https://intheshadeofnight.tumblr.com)
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait