Jerman mencatat defisit neraca perdagangan pertamanya sejak 1991 pekan lalu karena harga bahan bakar dan kekacauan rantai pasokan umum secara signifikan meningkatkan harga impor.
"Mengingat sifat ekspor Jerman yang sensitif terhadap harga komoditas, masih sulit untuk membayangkan neraca perdagangan dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan ke depan mengingat perkiraan perlambatan ekonomi zona Eropa," tulis ahli strategi valuta asing Saxo Bank dalam catatan baru-baru ini, dikutip dari CNN Business, Selasa (12/7/2022).
Para analis mengatakan, serangkaian kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral, termasuk The Fed, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan menjaga tekanan pada euro. Hal ini akan mendorong investor memilih dolar AS sebagai save haven atau tempat yang aman.
Deutsche Global Head of FX Research George Saravelos dalam sebuah catatan minggu lalu memperingatkan, safe haven ke dolar AS ini bisa menjadi lebih ekstrem jika Eropa dan AS memasuki resesi.
"Situasi di mana euro diperdagangkan di bawah dolar AS pada kisaran 0,95 hingga 0,97 dolar AS dapat tercapai dengan baik, jika Eropa dan AS mendapati diri mereka tergelincir ke dalam resesi (lebih dalam) di kuartal III, dengan The Fed masih menaikkan suku bunga," tulis Saravelos.
Itu kabar baik bagi masyarakat Amerika yang berencana mengunjungi Eropa musim panas ini, tetapi bisa menjadi berita buruk bagi stabilitas ekonomi global.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait