MOJOKERTO, iNews.id - Prabu Hayam Wuruk adalah raja terbesar Majapahit yang memimpin pada tahun 1350-1389 M. Di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, lahirlah sebuah karya sastra tinggi berjudul Desawarnana (Sejarah Desa-desa) yang ditulis oleh seorang pujangga dengan nama Mpu Prapanca.
Desawarnana yang ditulis Mpu Prapanca tentang wilayah Majapahit lebih dikenal dengan nama Nagarakretagama. Dalam catatan berbentuk kakawin itu, Mpu Prapanca banyak menyebut nama Prabu Hayam Wuruk.
Bila diperhatikan, dari sana pembaca bisa mendapat pengetahuan tentang sosok Prabu Hayam Wuruk. Setidaknya ada 5 keistimewaan yang digambarkan Mpu Prapanca tentang sosok Prabu Hayam Wuruk.
Sebagaimana dikutip iNews dalam uraian Prof. Slamet Mulyana dalam buku "Menuju Puncak Kejayaan (Sejarah Kerajaan Majapahit)", berikut ini keistimewaan sosok Prabu Hayam Wuruk dari mata Mpu Prapanca.
1. Kehebatan dalam memerintah
Prabu Hayam Wuruk yang membawa Majapahit ke puncak kejayaannya memiliki kecapakan dalam mengelola pemerintahan. Mpu Prapanca secara khusus menyandingkan sosok Hayam Wuruk yang ia panggil dengan nama "Rajasanagara" itu dengan sosok dewa.
Hal ini bisa ditemukan dalam Kakawin Desawarnana pupuh 1 dan 7.
2. Memiliki kepedulian terhadap tata kota dan bangunan
Tata kota Majapahit adalah salah satu topik yang terus menarik minat para peneliti sejarah dan arkeologi. Melihat seberapa besar cakupan wilayahnya, kemungkinan kota Majapahit memiliki tata kelola yang tak kalah dengan sistem kota peradaban besar dunia lainnya.
Mpu Prapanca menyebut bahwa Prabu Hayam Wuruk memiliki kepedulian terhadap tata kota dan bangunan keagamaan. Hal ini termuat dalam Desawarnana pupuh 37.
3. Berkuasa suci atas makhluk hidup
Seorang raja yang dipandang sebagai perpanjangan tangan dewa, dianggap memiliki jiwa dan tubuh wadak yang suci.
Mpu Prapanca pun memandang Prabu Hayam Wuruk dengan cara demikian. Dalam Kakawin Desawarnana pupuh 51, Mpu Prapanca menguraikan bahwa Rajasanagara berkuasa atas makhluk hidup.
Makhluk yang telah beliau bunuh akan menjadi tersucikan sehingga lebih mulia dibanding bunuh diri. Bila bereinkarnasi pun, reinkarnasinya tidak akan menjadi binatang.
4. Sosok yang dermawan terhadap semua kasta
Dalam pupuh 67 dikisahkan kedermawanan Rajasanagara membagi-bagikan pakaian dan makanan dalam sebuah upacara kerajaan.
Semua kasta dalam kesempatan tersebut mendapat pembagian yang luas merata.
5. Membatalkan kutukan Mpu Barada terhadap tanah Jawa
Dalam pupuh 68/5, Mpu Prapanca menyebut kepandaian Prabu Hayam Wuruk menyatukan Jawa lagi. Dalam catatan Prapanca sebelumnya dua kerajaan putra Airlangga ini seolah-olah terpisah oleh samudra luas karena perbuatan gaib yang dilakukan oleh pendeta Barada.
Namun, Prabu Hayam Wuruk berhasil membatalkan kutukan pendeta Barada dengan cara mendirikan candi di Kamal Pandak sebagai simbol penyatuan oleh Majapahit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait