Kedatangan kembali pasukan Mongol untuk membalas dendam berbarengan dengan masa awal berdirinya Majapahit. Raden Wijaya, orang yang memiliki hubungan langsung dengan Singasari, tentu kebagian riak dari hubungan buruk tersebut.
Kala mendengar kedatangan pasukan Mongol, muncul ide dari Arya Wiraraja untuk memanfaatkan hal ini sebagai keuntungan Majapahit. Sebagaimana disebutkan dalam Serat Pararaton pupuh VI sebagai berikut.
"Raden Wijaya mengajak Wiraraja menyerang Daha, namun Wiraraja tidak tergesa-gesa menerimanya dan berkata kepada utusannya: jangan tergesa-gesa dahulu, aku masih mempunyai muslihat, aku akan berteman dengan raja orang Tatar yang akan kutawari seorang puteri bangsawan. Hendaklah kamu pulang ke Majapahit sekarang. Sepeninggalmu, aku akan berkirim surat ke Tatar karena perahu orang-orang Tatar yang berdagang sedang menuju ke sini. Aku mempunyai perahu yang akan kusuruh ikut serta ke Tatar, agar menyampaikan ajakan untuk menyerang Daha. Jika raja Daha telah kalah maka puteri-puteri bangsawan di Tumapel, yang cantik dan tak ada yang menyamainya di seluruh Jawa, itu dapat dimiliki oleh raja Tatar, demikian muslihatku terhadap raja Tatar...” (Padmapuspita, 1966: 77).
Dalam pupuh tersebut, Arya Wiraraja memiliki ide untuk membelokkan serangan Kubilai Khan ke wilayah Daha. Saat itu, rencana pendirian Majapahit mengalami hambatan dengan keberadaan Daha yang dipimpin oleh Jayakatwang.
Akhirnya, serangan Kubilai Khan berhasil menjatuhkan Daha. Namun, iming-iming puteri bangsawan yang dijanjikan Arya Wiraraja tersebut tak kunjung diberikan.
Situasi pada akhirnya berbalik, Raden Wijaya menyusun kekuatan dan rencana untuk melumpuhkan pasukan Tartar.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait