SURABAYA, iNewsMojokerto.id - Sygma Research Consulting menggelar Diskusi Terbuka jelang Pilkada Serentak di Jatim di Aula PWI Jatim, Rabu (19/8/2024). Diskusi kali ini mengambil tema "Mengawal Demokrasi yang Bersih dan Beradab".
Diskusi ini menghadirkan Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim, Dr. Jamil, Akademisi Universitas Ubhara, Dr. Harliantara, Dekan Fikom Universitas Unitomo, Dr. Umar Sholahudin Dosen UWKS, serta puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di surabaya.
Direktur Sygma Research Consulting, Musonif Afandi, menerangkan, kegiatan ini bertujuan bentuk kontribusi kami dalam mengawal Demokrasi bersih dan beradab.
"Ketika kita di lapangan masih melihat ada intervensi dari aparat maupun dari pemerintah kepada ASN maupun organisasi masyarakat. Ketika mereka berekspresi mereka serasa tidak bebas," katanya.
"Mereka ini mengaku jika ada pergerakan mahasiswa merasa tidak nyaman dan mereka diminta tidak terlalu kritis dan tidak melakukan ekspresi," lanjut dia.
Tekanan yang diartikan, bahwa agar masyarakat maupun mahasiswa tidak terlalu vocal. Salah satunya di malang pada saat ada kegiatan dan mengeluarkan uneg uneg nya dibatasi.
"Tema pada kegiatan hari ini konsisten terhadap demokrasi yang sehat dan beradab, demokrasi yang beretika jadi tidak ada intervensi dan setiap masyarakat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya," ungkapnya.
Sementara itu Dr. Umar Sholahudin, salah satu nara sumber yang hadir pada kegiatan ini menyoroti adanya kotak kosong dibeberapa daerah di Jatim seperti di Kota Surabaya.
"Pada Pilkada tahun ini berbicara soal kotak kosong sudah menjadi realitas politik yang tidak bisa dibantah. Munculnya kota kosong ini patut disayangkan, mestinya hal ini tidak terjadi jika parpol memperankan sebagaimana mestinya yaitu melakukan kaderisasi di internal partai," kata Umar Sholahudin.
Ia menambahkan, munculnya Paslon tunggal dan kotak kosong ini yang patut dipersalahkan adalah partai politik. Karena parpol tidak mampu menghadirkan calon terbaiknya.
"Seperti Surabaya kota besar dengan SDM yang luar biasa kok Paslon tunggal dan menurut saya ini sangat ironis dan menjadi alarm petaka bagi demokrasi di daerah dan harus menjadi evaluasi bagi parpol agar ekosistem demokrasi kita bisa lebih sehat dan berkualitas," tegas dia
Saat ditanya soal munculnya kotak kosong apakah dipengaruhi jarak waktu yang berdekatan dengan Pilpres. Ia menyebut, bahwa hal ini bisa saja terjadi karena momentumnya hampir bersamaan dengan Pilpres apa yang terjadi di pilpres bisa menurun di pilkada.
"Menyikapi ini perlu adanya perubahan regulasi misal, ada pemilu nasional yang melibatkan presiden, pilpres dan pemilihan DPR. Kemudian ada pemilu daerah yang rentan waktu tidak berdekatan," jelas dia.
Masyarakat kedepan harus lebih jernih dalam melihat pilkada ini terutama daerah yang ada kotak kosong. Masyarakat melihat apakah petahana selama 5 tahun memberi kontribusi kepada masyarakat.
"Kotak kosong ini bisa saja menjadi salah satu panismen politik. Dan kesempatan bagi masyarakat untuk memberi panismen kepada kepala daerah yang dianggap prestasinya jauh dari harapan masyarakat dan kotak kosong menjadi sarana memberi panismen," tutup dia.
Editor : Trisna Eka Adhitya