"Karena mereka berembuk tiap minggu dengan rutin untuk memastikan bahwa semua masyarakat, pertama mendeteksi ternyata problem buang air besarnya apa, terus kedua saluran airnya bagaimana dikelolanya, dan yang ketiga memastikan standar kebersihan dari rumah tersebut itu sesuai dengan standar yang diminta Kementrian Kesehatan," tuturnya.
Meski berhasil mencapai target, ia ingin Koalisi Wash tidak dibubarkan. Melainkan harus tetap memiliki efek berkelanjutan khususnya masalah isu kesehatan lingkungan.
Karena, baginya, kesehatan lingkungan juga memiliki dampak penting bagi tumbuh kembang anak.
"Jadi nanti masih ada beberapa isu kesehatan lingkungan dan sanitasi lainnya seperti manajemen sanitasi, jadi artinya supaya dikelola limbah tinjanya di perkotaan supaya tidak menjadi sumber pencemaran berikutnya," pungkasnya.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Kartika Sri Redjeki mengatakan, setelah pilar pertama dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terpenuhi, yakni 100 persen ODF, selanjutnya pemkot akan menggerakkan pilar kedua dan ketiga di Kota Surabaya. Pilar kedua dan ketiga itu, lanjut Kartika, adalah terkait mencuci tangan memakai sabun dan pengamanan makanan dan air minum.
“Jadi STBM itu ada lima pilar, nah semua itu harus terpenuhi. Nah, yang pilar pertama itu adalah ODF, kan itu sudah, kemudian kita nanti di tahun ini insyaallah akan dinilai oleh tim pusat terkait pilar kedua dan ketiga,” kata Kartika, Rabu (31/7/2024).
Setelah pilar pertama, kedua, dan ketiga tercapai dan selesai dilakukan penilaian. Selanjutnya, Pemkot Surabaya akan bergerak menuju ke penanganan STBM di pilar keempat dan kelima, yaitu pemilahan sampah dan penanganan limbah cair rumah tangga di tahun 2025.
“Jadi semacam air mandi, air bekas memasak, atau limbah domestik lainnya. Nah, dalam penanganan ini jajaran pemkot akan berbagi peran dan terlibat semua,” ujar Kartika.
Editor : Trisna Eka Adhitya