MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Kutukan Kebo Iwa kepada Patih Gajah Mada adalah salah satu misteri gelap Majapahit. Dalam sumpahnya Kebo Iwa menyebut nasib nusantara di masa depan.
Kutukan Kebo Iwa menyumpah nusantara akan dijajah oleh kulit putih. Asal mula kisah ini diyakini kebenarannya oleh sejumlah kalangan.
Terlebih, pasca keruntuhan Majapahit, wilayah Nusantara memang mengalami masa sulit kolonialisme. Apakah ini buah kutukan Kebo Iwa?
Asal Mula Kutukan Kebo Iwa untuk Nusantara
Konon, pertarungan sengit satu lawan satu antara Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada melawan Patih Kerajaan Bali Kebo Iwa melahirkan sumpah serapah atau kutukan.
Kebo Iwa diyakini sebagai lawan yang imbang bahkan lebih sakti dari Gajah Mada. Lalu mengapa akhir pertarungan dimenangkan Gajah Mada?
Konon, di mata Majapahit, Kerajaan Bali bagai kerikil dalam sepatu yang membuat ambisi menyatukan Nusantara berlangsung tidak nyaman dan mulus.
Pada 1337 Masehi, Kerajaan Bali dikenal dengan sebutan Kerajaan Bali Aga. Pusat pemerintahannya terletak di Bedahulu sehingga Kerajaan Bali Aga sering disebut Kerajaan Bedahulu atau Bedulu.
Ratu Majapahit Putri Tribhuwana Tunggadewi kala itu bersiasat mengirim surat kepada raja Bali Aga yang isinya Ratu Majapahit menginginkan persahabatan dengan Raja Bali Aga.
Konon, Gajah Mada beserta rombongan berangkat mengirimkan surat tersebut menggunakan perahu layar dari Pelabuhan Pantai Bubat.
Mereka menelusuri Pantai Kerajaan Pejarakan, kemudian sampai di Pelabuhan Purancak, dan akhirnya mencapai tepi Pantai Jembrana.
Dari situ, rombongan Gajah Mada melanjutkan perjalanan hingga mencapai Pantai Gumicik, lalu meneruskan perjalanan melalui darat. Saat perahu mereka berlabuh, berita tersebut sampai kepada Ki Pasung Grigis, Mangku Bumi Kerajaan Bali Aga yang tinggal di Tengkulak.
Ki Pasung Grigis bersiap-siap beserta anak buahnya untuk bertempur, namun ketika bertemu dengan Gajah Mada dan rombongannya, Gajah Mada memohon ampun kepada Ki Pasung Grigis.
Setelah mendengar penjelasan dari Patih Gajah Mada, Ki Pasung Grigis menjadi yakin bahwa kunjungan Gajah Mada ke Bali tidak memiliki niat jahat.
Ki Pasung Grigis pun berangkat membawa rombongan Gajah Mada untuk menghadap Sri Ratna Bumi Banten, Raja bali Aga.
Setelah tiba di hadapan raja, seluruh rombongan Patih Gajah Mada menunduk dengan hormat. Mereka melangkah sambil membungkuk sebagai tanda penghormatan.
Setelah melihat isi surat tersebut, tidak ada keraguan yang timbul. Raja Bali Aga dengan senang hati menerima semua permintaan dari Kerajaan Majapahit.
Pada kesempatan tersebut, Raja Bali Aga meminta Kebo Iwa untuk segera mempersiapkan diri guna pergi ke Tanah Jawa guna menerima hadiah dari Kerajaan Majapahit. Keesokan harinya, Kebo Iwa berangkat menuju Tanah Jawa bersama rombongan Patih Gajah Mada menggunakan perahu.
Namun, perahu yang diberikan oleh Gajah Mada secara khusus telah dirancang agar mudah bocor. Harapannya adalah bahwa perahu tersebut akan tenggelam di tengah samudra.
Akhirnya terbukti benar, perahu yang ditumpangi oleh Kebo Iwa memang bocor dan tenggelam di tengah samudra.
Kebo Iwa berenang menuju Pulau Jawa seperti seekor ikan hiu. Saat Gajah Mada menyaksikan adegan ini, kekagumannya terhadap kemampuan Kebo Iwa semakin bertambah.
Setibanya di Pulau Jawa, Gajah Mada memutuskan untuk berhenti sejenak bersama Kebo Iwa sebelum melanjutkan perjalanan. Gajah Mada terus mencari cara mengatasi Kebo Iwa tanpa perlu kekerasan atau pertumpahan darah.
Sesampainya di Majapahit, dihaturkanlah hadiah yang dimaksud kepada Kebo Iwa, yaitu salah seorang putri bagsawan. Namun, sang putri nyatanya mengajukan syarat perkawinan yaitu Kebo Iwa harus membuatkan sebuah sumur.
Kemudian, dengan gesit, Kebo Iwa mulai menggali sumur. Namun, ketika sumur sudah cukup dalam, tiba-tiba Gajah Mada memberi perintah kepada pasukannya untuk menimbun Kebo Iwa yang masih berada di dasar sumur dengan batu dan tanah.
Berkat kekuatannya, Kebo Iwa berhasil bertahan dan keluar dari dalam sumur dengan kondisi yang baik. Pada saat itulah, Kebo Iwa menyadari niat jahat Gajah Mada.
Dan terjadilah pertarungan sengit antara patih besar dua kerajaan. Kebo Iwa sempat menanyakan alasan seorang patih dari kerajaan yang besar berlaku licik dan tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mengaku sebagai seorang negarawan.
Gajah Mada pun mengaku bahwa ia tak punya pilihan lain selain mengalahkan Kerajaan Bali Aga demi tercapainya cita-cita menyatukan nusantara. Dalam hal ini, Kebo Iwa merupakan batu sandungan bagi cita-citanya.
Saat itulah, Kebo Iwa membuka tabir rahasia kematiannya. Namun, Kebo Iwa juga sempat berumpah serapah bahwa akan datang waktunya Nusantara yang dipersatukan oleh Majapahit dijajah bangsa kulit putih dan berhidung mancung.
Sesuai petunjuk Kebo Iwa, Gajah Mada mengalahkannya yaitu dengan menimbun tubuh Kebo iwa dengan serbuk kapur. Kebo Iwa pun tak bangkit lagi.
Sepeninggal Kebo Iwa, Majapahit berhasil mengalahkan Kerajaan Bali Aga. Meski demikian, konon kutukan Kebo Iwa itu benar terjadi di masa kemudian wilayah Majapahit dijajah oleh orang kulit putih.
Editor : Trisna Eka Adhitya