SURABAYA, iNewsMojokerto.id - Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) gelar orasi kebudayaan bersama sastrawan Afrizal Malna pada Senin (30/1/2023). Kegiatan ini digelar di Gedung ASEEC Tower Kampus B Unair dengan lebih dari 300 peserta.
Dipandu Puji Karyanto selaku salah satu dosen di FIB Unair, sastrawan Afrizal Malna menyampaikan uraian bertajuk "Pandemi Sejarah dan Pasca Masa Depan". Selama kurang lebih 60 menit, Afrizal memaparkan garis waktu filosofis sejumlah peristiwa historis yang memberi dampak pada pondasi kebudayaan Indonesia hari ini.
"tabrakan komet, meletusnya super gunung berapi, ledakan bintang, perangnuklir, perubahan iklim, banjir besar, wabah, kecerdasan buatan yang mengubah manusia jadi setengah mesin (transhumanisme)," kata Afrizal memantik pemikiran di titik mana sebaiknya kebudayaan hari ini menyoal masa depan.
Menurut Afrizal, saat masa depan mulai masuk ke dalam kurikulum pendidikan, publik tidak lagi bisa bertindak semata dalam kepentingan dan kesempatan pribadi ataupun kebenaran sepihak.
Afrizal menambahkan, persoalan masa depan juga tidak dapat seta-merta hanya untuk alasan nasionalisme. Masa depan, dalam sudut pandang Afrizal Malna, adalah hal yang agaknya lebih dekat kepada universalitas atau bab kosmologi.
Dilansir dari sambutan pembukaannya, Prof. Purnawan Basundoro selaku Dekan FIB Unair mengungkapkan bahwa agenda orasi kebudayaan ini adalah kuliah umum yang digelar untuk menandai hari pertama kegiatan akademik di lingkungan FIB Unair.
Prof. Purnawan menyampaikan urgensi tema yang diusung pada kegiatan ini, khususnya bagi akademisi bidang ilmu sejarah, sastra, seni, dan budaya.
"Tema ini diharapkan bisa menjadi pintu masuk untuk sama-sama melihat masa depan dan pandemi dalam kacamata yang lebih luas. Tentu itu tidak hanya sebatas pada persoalan Pandemi Covid yang baru saja berlalu," kata Prof. Purnawan dalam sambutan pembukanya.
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 9 pagi ini mendapat antusiasme peserta yang luar biasa.
Dalam sesi umpan balik, sejumlah peserta memberikan respon menyinggung berbagai persoalan yang tengah hangat jadi pembicaraan di bidang kemanusiaan dan kebudayaan.
Misalnya mengenai gerakan Black Lives Matter yang masif dikampanyekan semenjak tahun 2012 dan berkembang di seluruh dunia. Beberapa peserta juga tampak membagikan sudut pandangnya mengenai persoalan kolonialisme sebagai bagian sejarah Indonesia.
Di akhir sesi, kegiatan orasi kebudayaan ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh Afrizal Malna.
Editor : Trisna Eka Adhitya