BEIJING, iNewsMojokerto.id - Presiden China Xi Jinping menjelaskan, angka kelahiran di China terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini pun membuat orang nomor satu di China mengalami kebingungan untuk meningkatkan angka kelahiran generasi produktif.
Kebijakan proaktif pun siap dilakukan untuk mendorong meningkatnya angka kelahiran. Negara berpenduduk terbanyak di dunia yakni sekitar 1,4 miliar jiwa itu bisa terancam ekonominya akibat hal ini.
"Kami akan menetapkan sistem kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran serta mengejar strategi proaktif nasional dalam merespons populasi usia tua," kata Xi, dalam pidatonya saat membuka Kongres Partai Komunis China (PKC) di Aula Besar Rakyat, Beijing, Minggu (16/10/2022).
Dengan semakin menurunnya angka kelahiran, membuat kelompok usia lanjut semakin bertambah. Padahal Sejak setahun terakhir, Otoritas China menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong kelahiran, seperti pemangkasan pajak, penambahan waktu cuti hamil, penambahan asuransi kesehatan, subsidi perumahan, uang tambahan untuk anak ketiga, serta menindak tegas tempat les privat yang mematok harga mahal.
Ahli demografi China mengatakan, angka kelahiran di China akan mencapai rekor terendah tahun ini, yakni di bawah 10 juta dibandingkan pada 2021 yang mencapai 10,6 juta jiwa. Penurunan pada tahun ini diperkirakan mencapai 11,5 persen dibandingkan pada 2020.
Lembaga think tank YuWa Population Research merilis hasil penelitian pada Februari 2022. Hasilnya mengungkap, keinginan perempuan China untuk memiliki anak merupakan yang terendah di dunia.
China sebelumnya menerapkan pembatasan satu anak setiap rumah tangga sejak 1980 sampai 2015, kemudian diubah menjadi tiga anak sampai saat ini. Meski demikian kebijakan tersebut tak juga meningkatkan angka kelahiran.
Editor : Trisna Eka Adhitya