MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Komunitas muslim Majapahit adalah salah satu komunitas muslim tertua yang ada di tanah Jawa. Meski demikian, komunitas muslim ini bukanlah yang pertama.
Komunitas muslim di Majapahit menarik dibahas untuk mengetahui sejarah komunitas muslim di Jawa. Majapahit adalah titik penting dalam sejarah penyebaran agama islam di Jawa bahkan Indonesia.
Komunitas muslim Majapahit juga berkaitan dengan tokoh-tokoh utama penyebaran agama islam di Jawa. Hingga hari ini, jejak islam Majapahit terus dirawat sebagai bagian awal sejarah Islam di Jawa.
Dalam buku "Kearifan lokal Epigrafi Islam pada Nisan Makam Troloyo", Imam Mashud menyinggung soal sejarah komunitas muslim Majapahit. Dapat dipastikan bahwa sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, komunitas muslim sudah muncul di Jawa.
Hal tersebut dibuktikan dengan dengan hasil penelitian arkeologi di kompleks Makam Troloyo. Troloyo adalah satu situs yang diduga kuat merupakan bekas pusat pemerintahan Majapahit.
Pada situs Troloyo ditemukan penanggalan Islam yang nisannya berangka tahun 1281 M. Pada tahun tersebut, Majapahit baru memasuki masa awal pendirian.
Selain itu, di wilayah pantai utara Jawa Timur, tepatnya di daerah Leran, Gresik ditemukan beberapa makam muslim. Salah satunya adalah makam seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1082 M.
Lalu bagaimana kisah komunitas muslim Majapahit?
Karena komunitas muslim tampaknya sudah ada sebelum Majapahit resmi berdiri, masyarakat muslim membaur dengan etnis lainnya. Hal itu sesuai dengan sebuah berita China yang menyebut ada tiga kelompok masyarakat yang hidup di Majapahit.
"Di negeri ini (Majapahit/Jawa) terdapat tiga macam penduduk. Pertama, para pengikut Muhammad yaitu orang-orang Islam yang datang dari Barat dan menetap di sini. Mereka berpakaian bersih dan layak, begitu pula dengan makanannya. Kedua, orang-orang Cina yang berasal dari Kanton, Chang-Chou, dan Ch’uan-Chou. Mereka adalah pelarian dan menetap di sini. Sebagian besar orang Cina tersebut beragama Islam yang sangat memperhatikan ajaran-ajarannya. Ketiga, penduduk asli yang masih sangat sederhana," tulis Imam mengutip Groeneveldt, 1960.
Lebih lanjut, Imam menyimpulkan bahwa, jika mempertimbangkan berita tersebut, sangat mungkin bahwa islamisasi sudah mulai dilakukan oleh orang-orang Timur Tengah dan Cina
Muslim di Majapahit. strategi islamisasi yang dilakukan pun bermacam-macam.
Utamanya melalui tiga jalur, yaitu perkawinan, dakwah, dan perdagangan. Sama seperti islamisasi yang jamak terjadi di wilayah lain di Indonesia, sejak Majapahit berdiri proses ini sudah terjadi di tengah masyarakat.
Salah satu wujud islamisasi yang penting di Majapahit adalah adanya perkawinan raja Majapahit dengan seorang putri dari negeri Campa. Hal ini dapat dilihat jejaknya pada salah satu makam di pusat kota Majapahit.
Pada nisan yang diyakini merupakan makam Putri Campa tersebut terdapat angka tahun 1230 Saka. Makam yang terletak di sudut timur laut dari Kolam Segaran ini diyakini memiliki hubungan dengan raja Majapahit.
Salah satu beritanya termuat dalam Babad Tanah Jawi. Diketahui bahwa Putri Campa adalah permaisuri raja Majapahit terakhir/Brawijaya, yang berasal dari Kerajaan Islam, Campa.
Tujuan pernikahan ini tidak lain adalah agar raja Majapahit mau memeluk agama Islam. Dari keturunan sang Putri Campa inilah lahir raja pertama Kerajaan Islam Demak, yakni Raden Patah.
Editor : Trisna Eka Adhitya