NEW YORK, iNewsMojokerto.id - Rencana mobilisasi militer parsial Rusia dengan mengerahkan 300.000 pasukan cadangan untuk menambah kekuatan di Donbass, Ukraina menuai reaksi. NATO pun mengaku telah siap untuk mengantisipasi Rusia akibat penambahan pasukan ini.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan, keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin perihal tersebut merupakan langkah meningkatkan ketegangan yang ada. NATO pun mengaku telah siap untuk mengantisipasi hal itu.
"Pidato (Putin) tersebut merupakan eskalasi tetapi juga tidak mengejutkan. Oleh karena itu, kami telah siap. Kami akan tetap tenang dan terus memberikan dukungan kepada Ukraina," kata Stoltenberg, kepada Reuters, Rabu (21/9/2022).
Menurutnya, dengan penambahan pasukan ini, NATO meyakini bahwa Rusia salah perhitungan dalam perang ini. Kurangnya perlengkapan Rusia serta kurangnya komando dan kontrol yang tepat menjadi hal yang diluar dugaan di mata Putin.
"Pidato Presiden Putin menunjukkan bahwa perang tidak berjalan sesuai rencana Putin. Dia telah membuat kesalahan perhitungan yang besar," tuturnya.
Meski demikian, pihaknya ingin tidak terjadi kesalahpahaman dari pihak Moskow tentang bagaimana NATO mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan. Menurutnya, NATO hanya ingin mencegah agar tidak terjadi penggunaan senjata nuklir yang dilakukan secara sembrono dan berbahaya.
“Kami ingin memastikan tidak ada kesalahpahaman di Moskow tentang bagaimana tepatnya kami bereaksi. Tentu saja itu tergantung pada situasi seperti apa, atau jenis, atau senjata apa yang mungkin mereka gunakan. Yang paling penting adalah mencegah hal itu terjadi dan itulah mengapa kami begitu jelas menyampaikan kepada Rusia tentang konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Stoltenberg.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), mengumumkan mobilisasi militer parsial. Ini akan memungkinkan pengerahan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina, yang jumlahnya mencapai 300.000 pasukan untuk menambah kekuatan yang ada.
Dia menegaskan tujuan mobilisasi tersebut adalah untuk membebaskan Donbass, wilayah meliputi Donetsk dan Luhansk. Menurut Putin, mayoritas penduduk Donbass tidak ingin kembali dalam penindasan neo-Nazi Ukraina.
"Saya perintahkan pemerintah untuk memberikan status hukum kepada para relawan untuk berperang di Donbass," kata Putin, dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan mobilisasi parsial, yakni mengerahkan sebagian dari 2 juta pasukan cadangan, bertujuan untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya.
“Untuk melindungi tanah air, kedaulatan, saya merasa perlu untuk mendukung keputusan Staf Umum mengenai mobilisasi parsial,” katanya.
Rusia bersama pasukan separatis pro-Moskow saat ini menguasai sekitar 60 persen wilayah Donetsk dan merebut hampir semua Luhansk sejak Juli lalu. Di sisi lain, pasukan Rusia menghadapi pukulan keras dalam serangan pembalasan militer Ukraina, terutama di Kharkiv.
Seragan militer Ukraina memaksa Rusia untuk menarik pasukannya dari Kharkiv untuk dikumpulkan kembali ke Donbass. Sementara itu tokoh-tokoh pro-Moskow di Ukraina pada Selasa kemarin mengumumkan referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Selain Donbass, referendum juga akan digelar di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia pada 23-27 September mendatang. Wilayah-wilayah itu mewakili sekitar 15 persen total luas Ukraina.
Editor : Trisna Eka Adhitya