get app
inews
Aa Read Next : KH Abdul Chalim Dikukuhkan Sebagai Pahlawan Nasional, Dapat Respon Positif Dari Berbagai Elemen

Ini 5 Pahlawan Nasional Dari Sumatera, Ada yang Menikah Tiga Kali dan Terus Berjuang

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 11:53 WIB
header img
Laksamana Malahayati. (Foto: istimewa)

JAKARTA, iNewsMojokerto.id - Jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia memang patut dikenang. Tak hanya laki-laki, para perempuan juga turut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada zamannya. 

Diantara para pahlawan perempuan, setidaknya ada lima orang perempuan yang berasal dari Sumatera yang ikut berjuang. Peran pahlawan perempuan itu berjasa dalam berbagai bidang. 

Tak hanya berada di belakang layar, pahlawan perempuan ini juga turut mengangkat senjata demi membela kepentingan bangsanya. 

Berikut ini daftar pahlawan perempuan dari Pulau Sumatera yang menjadi pahlawan Bangsa Indonesia agar dapat merdeka seperti sekarang. 

1. Laksamana Malahayati


Laksamana Malahayati. (Foto: istimewa)

Sosok pahlawan perempuan pertama yang berasal dari Pulau Sumatera adalah Laksamana malahayati atau Laksamana Keumalahayati. Ia lahir di Aceh pada tahun 1550. 

Malahayati merupakan sosok perempuan pertama yang menyandang pangkat laksamana di zamannya. Dengan jabatan itu, Malahayati memimpin pasukan laut Kesultanan Aceh untuk bertempur melawan Belanda pada 1599 dan berhasil menewaskan pelaut belanda yang menemukan jalur menuju Indonesia, yakni Cornelis De Houtman. 

Kakek buyutnya, Sultan Salahuddin Syah, merupakan putra pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah. Ayah dan kakek Malahayati juga sama-sama seorang laksamana. 

Mereka adalah Laksamana Mahmud Syah dan Laksamana Muhammad Said Syah. Malahayati membentuk pasukan Inong Balee yang terdiri atas para janda pejuang yang gugur di medan perang. 

Laksamana Malahayati meninggal dunia di tahun 1615. Atas jasa-jasasnya itu, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Laksamana Malahayati pada bulan November 2017. 

2. Cut Nyak Dien 


Cut Nyak Dien. (Foto: istimewa)

Siapa yang tidak mengenal nama Cut Nyak Dien. Seorang perempuan yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh itu merupakan salah satu pahlawan nasional perempuan yang berasal dari Aceh. 

Tumbuh dan berkembang di keluarga bangsawan dengan pendidikan agama yang kuat, Cut Nyak Dien memiliki pengetahuan agama Islam yang luas. Cut Nyak Dien bahkan menjadi perempuan yang sangat berani tampil sebagai pejuang yang turun langsung melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. 

Kematian suaminya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga menjadi pemicunya untuk semakin bersemangat dalam bertempur melawan belanda. Berkat kepemimpinannya, rakyat Aceh tak gentar menghadapi pasukan Belanda, dan membuat Belanda kerepotan menghadapi pertahanan rakyat Aceh. 

Namun akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap Belanda. Ia dibuang di Sumedang dan meninggal di sana pada 6 November 1908. 

Atas jasa-jasanya itu, melalui SK Nomor 106 Tahun 1964, Cut Nyak Dien dinobatkan sebagai pahlawan. Ia juga merupakan pejuang perempuan pertama yang mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia. 

3. Cut Meutia 


Cut Meutia di pecahan uang Rp1.000. (Foto: Wikipedia)

Cut Meutia hidup lebih dari 20 tahun setelah perjuangan Cut Nyak Dien. Cut Meutia juga berasal dari daerah Aceh, daerah yang sama dengan Cut Nyak Dien. 

Pejuang Tanah Rencong itu lahir pada tahun 1870 di Keuruetoe, Aceh Utara. Selama hidup, ia menikah sebanyak tiga kali. 

Bersama suami keduanya, Cut Meutia hidup dengan bergerilya keluar masuk hutan untuk berperang dengan Belanda. Meski suaminya tewas, Cut Meutia terus berjuang. 

Bersama suami ketiganya, ia kemudian bergabung dengan pasukan lain untuk terus berperang menghadapi penjajah. 

Kehilangan suami untuk ketiga kalinya, Cut Meutia tidak terpuruk. Malah semangat juangnya semakin membara. 

Ia akhirnya terus melakukan perlawanan dengan pasukan kecilnya hingga akhirnya lokasi persembunyiannya diketahui Belanda. Pada 1910, Cut Meutia harus gugur di tangan Belanda karena menolak ditangkap, dan tetap memegang rencongnya. 

Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah kepada Cut Meutia atas jasanya pada 2 Mei 1964.

4. Rasuna Said 


Rasuna Said. (Foto: wikipedia)

Rasuna Said lahir pada tahun 1910 asal Sumatera Barat. Ia berjuang untuk kesetaraan perempuan di zamannya. 

Ia mendapat pendidikan di pesantren dimana dirinya merupakan satu-satunya santri perempuan di pesantren itu. Sejak saat itu, Rasuna Said memperjuangkan hak-hak bagi para perempuan. 

Rasuna Said melakukan perjuangannya di bidang politik dan pendidikan. Dia merintis gerak kaum perempuan Minangkabau dengan tidak melanggar adat dan agama.
 
Ia menjadi sekretaris cabang di Sarekat Rakyat, anggota Dewan Pertimbangan Agung dan Dewan Perwakilan Sumatera. Berkat kepiawaiannya dalam berpidato, dia menjadi perempuan pertama yang terkena hukum Speek Delict atau hukum larangan berbicara dalam menentang Belanda. 

Selain aktif di bidang politik, Rasuna Said juga aktif dalam dunia jurnalistik. Tulisannya yang tajam menjadi tonggak perlawanan dalam melawan Belanda. 

Berkat tulisannya tersebut, Belanda membuat ruang geraknya dibatasi. Rasuna Said wafat pada 2 November 1965. Berkat jasa-jasanya, Rasuna Said ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 1974.

5. Rohana Kudus 


Rohana Kudus. (Foto: istimewa)

Setelah ditetapkan sebagai pahlawan pada tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo, Ruhana Kuddus atau populer dengan nama Rohana Kudus menjadi salah satu pahlawan nasional yang berasal Sumatera Barat. Pemilik nama asli Siti Ruhana yang lahir pada 1884 ini merupakan wartawan perempuan pertama Tanah Air. 

Sebagai insan pers, dia memperjuangkan hak-hak perempuan melalui tulisannya. Rohana Kudus menjadi sosok di balik terbitnya Soenting Melajoe, surat kabar yang dikhususkan untuk perempuan. 

Melalui surat kabar ini dia mengajak kawan dan para muridnya untuk menulis dan menuangkan aspirasi. Dia juga turut berkontribusi dalam lahirnya surat kabar lain, seperti Perempoean Bergerak di Medan dan surat kabar Radio di Padang. 

Untuk mendukung emansipasi perempuan, Rohana Kudus membangun Sekolah Kerajinan Amai Setia, sekolah yang mengajarkan keterampilan dan pengetahuan umum bagi kaum perempuan. Rohana Kudus meninggal dunia pada 1972 di Jakarta. 


 

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut