MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Sir Thomas Stamford Bingley Raffles atau Gubernur Raffles terkenal memiliki kepedulian tinggi terhadap berbagai aspek budaya di Indonesia, negeri jajahan negaranya. Termasuk pada tinggalan arkeologi.
Pengetahuan Raffles akan sejarah kerajaan Majapahit ia tulis dalam bukunya History of Java. Buku itu memuat segala pengetahuan yang dicatat Raffles selama menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia-Belanda tahun 1811-1816.
Di waktu jabatan yang relatif singkat ini, Raffles menempatkan pengetahuan tentang Majapahit sebagai salah satu poin penting. Khususnya bagaimana penyikapan masyarakat Indonesia sendiri terhadap tinggalan arkeologi Majapahit.
Dalam tulisan Adrian Perkasa dalam buku "Sandhyakala ning Majapahit Pembelajaran dari Pasang Surut Kerajaan Majapahit", diuraikan catatan Raffles mengenai kondisi berbagai tinggalan arkeologis yang Raffles temui kala mengunjungi Majapahit pada 1815.
Majapahit yang ditemui Raffles
Kota Majapahit yang dikunjungi Raffles adalah reruntuhan yang dipenuhi hutan bambu dan jati. Raffles dan timnya melakukan penelusuran ke sejumlah situs yang masih tampak bangunan utamanya.
Reruntuhan pertama di Trowulan yang disebutkan Raffles adalah dinding sebuah kolam yang dibangun dari batu bata. Masyarakat setempat masih memanfaatkan area reruntuhan tersebut sebagai area sawah untuk menanam padi.
Raffles juga menyebut tentang area makam Putri Champa. Lokasinya terbagi atas tiga ruang. Masing–masing memiliki pendopo dan saat semakin masuk ke dalam ruang utama, di sanalah makam Putri Champa dan para pengiringnya.
Dalam catatan Raffles disebutkan bahwa keseluruhan makam di kompleks itu menunjukkan ciri Islam dan dijaga oleh pemuka agama setempat. Selain itu, Raffles menemukan beberapa peninggalan berupa patung bernuansa Hindhu-Budha yang kondisinya sudah rusak.
Perusakan tinggalan arkeologi di masa kedatangan Islam
Satu hal yang patut direnungkan dari catatan Raffles adalah perusakan benda arkeologi. Adrian mencatat Raffles menyebut di beberapa bagian catatannya terkait adanya pembiaran bahkan perusakan terhadap benda arkeologi.
"Raffles dalam beberapa kali kesempatan di bukunya mengungkapkan bahwa telah terjadi pembiaran bahkan perusakan atas bangunan, arca–arca, dan peninggalan kerajaan Hindu Budha seiring dengan datangnya agama Islam dan mayoritas penduduk Jawa kemudian memeluknya," terang Adrian dalam tulisannya.
Adrian menambahkan bahwa sebenarnya di masa kerajaan Hindu Budha, bangsa Jawa telah mencapai peradaban yang tinggi. Ditinggalkannya Hindu Budha menciptakan kemunduran dalam peradaban Jawa.
Mengutip Raffles, Adrian menambahkan pula bahwa kondisi kemunduran ini bisa juga dilihat jejaknya pada kondisi kerajaan–kerajaan Jawa yang menganut Islam di Surakarta dan Yogyakarta. Perubahan kondisi keagamaan memengaruhi kondisi politik kerajaan.
Dalam salah satu surat Raffles yang ditujukan kepada sepupunya bahkan menyebut betapa besar dampak buruk yang ditimbulkan oleh perubahan arah religiusitas ini. Raffles menyatakan bahwa pada masa Hindu Budha, bangsa Jawa berada dalam kondisi yang sempurna.
Tidak ada kemiskinan dan kelaparan di masa kerajaan Hindhu-Budha sebagaimana muncul pada masa kunjungan Raffles. Perkembangan pengetahuan pun dinilai lebih maju karena nama cendekiawan banyak bermunculan dan karya sastra Jawa banyak ditulis bak cendawan di musim hujan.
Lebih lanjut, kritik Raffles terhadap kedatangan Islam menyebutkan bahwa perubahan ini menimbulkan perpecahan di antara kerajaan–kerajaan Hindhu-Budha di Jawa. Hal itu kemudian membuat adanya degradasi bangsa Jawa di masa itu.
Editor : Trisna Eka Adhitya