Uang Gobog Majapahit, Alat Pembayaran dan Benda Keramat

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Gobog adalah mata uang asli Majapahit yang muncul pada abad 14. Mata uang ini berbentuk koin dengan lubang persegi di bagian tengahnya.

Mata uang Majapahit dibuat dari bahan tembaga seperti kebanyakan mata uang China. Karena berbahan tembaga, nilainya tidak setinggi mata uang dinar atau dirhhan yang dibuat dari perak dan emas. 

Dikutip dari laman Museum Bank Indonesia, mata uang Gobog diperkirakan beredar pada abad ke-14 sampai ke-16. Mata uang ini tampaknya masih digunakan hingga beberapa masa pasca runtuhnya Majapahit.

Secara tampilan, mata uang gobog memiliki tebal 2-6 mm, diameter 29-86 mm, dan berat antara 16-213 gram. Ada ukiran pola gambar wayang, alat-alat persenjataan berbentuk cakra, dan pohon beringin di  bagian depan. 

Beberapa temuan juga menunjukkan ukiran berupa ular, burung, ayam, perahu, dan bendera. Di sisi belakang, gobog Majapahit  memiliki pola ukir pohon, peralatan berbentuk senjata dan sesaji. 

Karena sistem pencetakan uangnya masih sederhana, ukuran lingkaran gobog biasanya berbeda-beda. Meski demikian, ukiran mata uang Majapahit ini tampak rapi dan jelas. 

Hal yang menarik adalah, selain sebagai alat pembayaran, uang ini juga banyak digunakan sebagai benda keramat. Gobog kerap dijadikan sebagai jimat untuk berbagai maksud dan tujuan.

Gobog sebagai benda keramat digunakan dalam keperluan sesaji dalam tradisi Hindhu. Hingga saat ini penggunaan gobog dalam ritual pun masih digunakan.

Gobog dalam ritual dijadikan bagian pelengkap sesaji. Dalam tradisi Jawa dan Bali, peletakan uang dalam altar sesaji memang sudah dikenal. 

Saat ini, mata uang gobog disebut masih diproduksi untuk keperluan ritual di Bali. Menurut sejarah, uang koin dalam sesaji tak lepas dari pengaruh China atas Bali. Hal ini tampaknya telah berakar lama jauh sebelum Majapahit berdiri. 

Mata uang gobog saat ini banyak juga dijual bebas di pasar online sebagai benda koleksi. Bagi mereka yang menyukai hal mistik, koin gobog tak ubahnya bernilai seperti keris ataupun benda pusaka lainnya.

Editor : Trisna Eka Adhitya