get app
inews
Aa Text
Read Next : Pengendara Motor Tewas Tabrak Truk di Trowulan

Arca Ikan Paloeng Trowulan, Figur Langka Kini Tersisa Kepalanya Saja

Kamis, 11 Agustus 2022 | 13:59 WIB
header img
Ilustrasi peninggalan kerajaan Majapahit. (Foto: istimewa)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Di salah satu sudut Trowulan terdapat sebuah arca unik berbentuk ikan. Dari jenis objek yang dipilih arca ini sudah menarik sangat perhatian. 

Hewan ikan cukup jarang ditemukan dalam peninggalan arkeologi dala bentuk arca. Dikutip dari salah satu tulisan Edi Triharyantoro dalam buku "Sandhyakala ning Majapahit Pembelajaran dari Pasang Surut Kerajaan Majapahit", arca ikan di Trowulan sempat disebut dalam sebuah catatan Belanda.

Tepatnya berdasarkan laporan Belanda dalam Raportten Oudheidkundige Diens (ROD) 1907. Di sana tercatat di dukuh Bata-Paloeng, Trowulan, distrik Mojokerto terdapat arca ikan yang oleh penduduk setempat disebut Bata-Paloeng 
atau Ikan Paloeng . 

Arca unik ini berukuran relatif besar. Tingginya lebih satu meter dengan kelilingnya 2,4 meter. 

Sayangnya kondisi arca ini memprihatinkan. Menurut catatan Edi, saat ini Ikan Paloeng hanya tersisa bagian kepalanya saja.

"Kondisi arca pada saat ini hanya tersisa bagian kepalanya dan berukuran relatif besar tingginya lebih satu meter dengan kelilingnya 2,4 meter. Sudah barang tentu pembuatan arca ikan yang berukuran besar mengundang penafsiran makna sebagai tinggalan arkeologi," tulis Edi sebagaimana dikutip Tim iNews dari buku "Sandhyakala ning Majapahit Pembelajaran dari Pasang Surut Kerajaan Majapahit".

Arca Ikan Paloeng Bukti Pengaruh India

Wujud arca ikan ini tentu menimbulkan pertanyaan para ahli arkeologi. Apa fungsi arca ikan ini di zaman Majapahit?

Untuk memahami hal tersebut, menurut Edy kita perlu kembali mengingat masa-masa yang sangat tua di mana pemujaan terhadap binatang merupakan gejala budaya yang bersifat universal.  Pemujaan terhadap binatang setidaknya populer ditemukan di Mesopotamia, India, Cina, Mesir, dan Jepang. 

Di Indonesia, khususnya di Jawa, figur ikan ternyata cukup sakral. Sosok ikan sebagai makhluk suci kuat dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan dari India. 

Di dalam Adiparwa misalnya, dikisahkan seorang raja yang bernama Basuparicara yang memuja dewa Indra. Saat ia sedang berburu, ia melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan teringatlah dia pada permaisurinya Dewi Girika. 

Oleh karena itu, keluarlah air kama sang raja. Air kama tersebut kemudian ditampung 
dengan sehelai daun. 

Saat bersamaan, datang seekor burung elang yang membawa seorang bidadari yang dikutuk menjadi ikan. Ikan tersebut diletakkan di daun tempat air kama Basuparicara. Ikan tersebut pun hamil.

Darinya lahirlah dua bayi, laki-laki dan perempuan Yang laki-laki bernama Matsyapati yang kemudian menjadi raja Wirata, sedangkan yang perempuan bernama Durgandhini.

Kelak Durgandhini menjadi perempuan yang menurunkan Abiyasa dan raja-raja Hastinapura.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut