JOMBANG, iNewsMojokerto - Peraih juara 1 Putri Batik Remaja Nasional 2025 dan Juara 2 Putri Citra Indonesia 2025 kategori Remaja Zara Qoreena Alexa Cindarbumi punya kisah menarik tentang kegigihan, doa dan keberanian seorang santri yang membawa nilai-nilai pesantren tetap tegak di panggung nasional.
Keberhasilan Zara Qoreena pada perhelatan yang berlangsung Minggu, 2 November 2025 lalu, tidak hanya mengharumkan nama lembaga madrasah Tsanawiyah lingkungan pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan orang tuanya, tetapi juga menjadi bukti nyata seorang santri bisa mengangkat nama bangsa di panggung nasional dengan kehormatan dan keanggunan.
Zara bukan remaja kebanyakan. Dia yang sehari-hari hidup dalam disiplin pesantren, mengaji kitab kuning dan mendalami akhlak islami, tumbuh dengan keberanian untuk bermimpi besar.
Latihan berjalan dengan anggun, menjaga postur tubuh, latihan public speaking, hingga memahami filosofi batik dilakukan di sela kesibukannya belajar dan mengaji. Zara juga belajar memaknai setiap tantangan sebagai bagian dari proses
“Menjadi seorang santri bukan penghalang untuk meraih prestasi. Justru bekal dari pesantren yang memperkuat saya melangkah. Capek itu pasti. Tapi kalau menyerah, semua usaha dan doa jadi sia-sia,” kata Zara, Rabu (5/11/2025).
Putri dari pasangan Sholahul Aam Notobuwono, akrab disapa Gus Aam, dan Rokhimah Riza atau Ning dr. iim, itu tumbuh dalam lingkungan yang membimbingnya untuk terus belajar, berusaha, dan bersyukur. Dukungan kedua orang tuanya menjadi fondasi kuat dalam setiap langkahnya.
Zara mengaku dukungan dari para guru MTsN 3 Jombang dan para pembimbing di pesantren juga menjadi penguat di setiap langkah. “Guru-guru saya selalu bilang, jadilah kebanggaan pesantren dan sekolah. Kalimat itu yang saya bawa ketika saya melangkah di panggung,” ungkapnya.
Remaja berusia 14 tahun tersebut tampil memukau pada babak penilaian kostum. Batik yang ia kenakan tak sekedar busana. Di balik lipatan kain itu membawa filosofi luhur budaya Jawa dan kecintaan pada warisan leluhur bangsa. “Batik itu tidak hanya indah, tetapi sarat makna. Saya ingin generasi muda bangga menggunakan batik,” katanya.
Zara pun tetap konsisten mempertahankan hijabnya di setiap sesi. Dengan langkah penuh keyakinan, ia menepis stigma bahwa hijab membatasi ruang gerak perempuan. Ia membuktikan kesederhanaan justru memancarkan keanggunan sejati.
Usai memenangkan dua gelar sekaligus, Zara tidak ingin berhenti di sini. Ia ingin menjadi inspirasi bagi santri dan pelajar Indonesia, bahwa mimpi setinggi langit bukan milik mereka yang hidup bebas tanpa aturan, melainkan milik siapa pun yang punya tekad.
“Menjadi santri membuat saya lebih kuat, lebih disiplin, dan percaya diri. Saya ingin anak-anak muda tahu bahwa kita bisa bersinar di mana saja tanpa meninggalkan jati diri,” ucapnya.
Zara mungkin tampak seperti seorang putri panggung, tetapi sejatinya ia adalah cermin dari kekuatan doa orang tua, keteguhan hati seorang santri, dan tekad kuat seorang remaja Indonesia. Dari pesantren, dirinya melangkah ke panggung nasional dan dari panggung itu pula, ia menginspirasi ribuan hati muda untuk terus bermimpi.
Editor : Zainul Arifin
Artikel Terkait
