MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Limbah nuklir Fukushima mendapat kecaman dari sejumlah negara tetangga. Publik yakin limbah buangan Jepang ini bisa berdampak buruk bagi bumi dan manusia di masa depan.
Salah satu seruan menolak limbah nuklir Fukushima datang dari Korea Utara (Korut). Pemerintah Korut meminta Jepang segera menghentikan pembuangan air limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik.
Kecaman itu diungkapkan dalam pernyataan yang dibagikan kantor berita KCNA pada Kamis (24/8/2023).
“Tindakan Jepang tersebut sangat mengancam kehidupan, keselamatan, dan masa depan umat manusia,” ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut.
Korea Utara lebih lanjut menuduh Jepang melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak dapat dimaafkan” dan menuntut agar Jepang bertanggung jawab.
Sebelumnya, diketahui Jepang mengumumkan pada Kamis (24/8/2023) bahwa mereka telah memulai pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari lokasi bencana nuklir Fukushima Daiichi tahun 2011 ke Samudera Pasifik.
Operator pembangkit listrik tenaga listrik Fukushima Tokyo Electric Power (TEPCO) juga menerbitkan hasil tes pada Kamis. Isinya mengklaim air tersebut mengandung hingga 63 becquerel (satu unit radioaktivitas) tritium per liter.
Angka kandungan radioaktif itu jauh di bawah batas air minum WHO yaitu 10.000 becquerel per liter. Namun, beberapa negara tetangga Jepang belum yakin akan keamanan pembuangan air limbah tersebut.
Pemerintah China menanggapi tindakan Jepang dengan mengeluarkan larangan menyeluruh terhadap semua produk makanan laut Jepang. Beijing bersikeras Tokyo belum membuktikan air yang dibuang aman.
Awal pekan ini, Kementerian Luar Negeri China pun mengeluarkan pernyataan yang menyebut rencana tersebut “sangat egois dan tidak bertanggung jawab". Pihak Kementerian LN China mendesak Jepang tidak menimbulkan “kerugian sekunder terhadap semua produk makanan laut Jepang.
Pada Kamis, wilayah administratif khusus China di Hong Kong dan Makau juga mengumumkan larangan impor makanan laut Jepang dari 10 prefektur.
Sementara itu, Korea Selatan (Korsel), sudah menerapkan pembatasan lebih dulu. Korsel menyatakan tidak akan mencabut pembatasan tersebut meskipun telah ada jaminan keamanan rencana Jepang.
Aktivis Greenpeace juga menuduh Pemerintah Tokyo “sengaja melakukan pencemaran terhadap Samudera Pasifik,” dan bersikeras menyimpan air adalah tindakan yang lebih baik.
Sebagai catatan, ada tahun 2011, gempa berkekuatan 9,1 Skala Richter mengguncang pesisir timur Jepang dan memicu terjadinya kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima.
Pengolahan tenaga nuklir di area tersebut berhenti beroperasi sejak hari itu. Hingga pada 2019 Jepang mengumumkan rencana pembuangan limbah di tahun 2023.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan rencana pembuangan limbah tersebut mencakup sekitar 1,3 juta metrik ton air limbah.
Menanggapi penolakan dari berbagai negara, Pemrintah Tokyo menekankan langkah tersebut telah disetujui Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pengawas nuklir PBB menyetujui rencana Jepang bulan lalu, dengan menyatakan pengujian independen di lokasi menunjukkan konsentrasi tritium di dalam air jauh di bawah batas operasional, dan dampak tindakan tersebut terhadap manusia dan lingkungan adalah “dapat diabaikan.”
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait