MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Nama Ronggolawe atau Ranggalawe sangat penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Putra Sumenep yang menjabat sebagai Bupati Tuban ini menempati ruang tersendiri dalam perjalanan kerajaan terbesar di Nusantara tersebut.
Kerajaan Majapahit yang berdiri sekitar abad 13 dapat disebut "berhutang" kepada Ronggolawe. Pasalnya, putra Arya Wiraraja Bupati Sumenep ini tercatat banyak membantu Prabu Wijaya dalam masa perjuangan awalnya mendirikan kerajaan.
Salah satu catatan paling penting adalah peran Ranggalawe dalam pembabatan Hutan Tarik, lokasi cikal bakal Majapahit. Sekitar 1292 M, Ranggalawe disebut turut serta dalam pembukaan wilayah hutan yang disinyalir kuat berada di wilayah Sidoarjo sekarang.
Ronggolawe diutus oleh ayahnya untuk membantu membuka Hutan Tarik yang dijadikan dalih sebagai basis perlawanan tentara Mongol. Aksi ini sebenarnya merupakan bagian dari skema besar rencana Prabu Wijaya dan Arya Wiraraja untuk mengalahkan Jayakatwang, penguasa Kadiri saat itu.
Tidak berhenti sampai di situ. Peran Ronggolawe juga disebut dalam Medan laga pertempuran langsung antara pasukan awal Majapahit dengan Kadiri.
Ranggalawe turut serta dalam perang antara Majapahit dan Kadiri demi meluluskan niat Prabu Wijaya mendirikan kerajaan barunya. Banyak catatan yang menyebutkan betapa besar bantuan dari Madura di masa awal pendirian Majapahit.
Ranggalawe disebut berjasa dalam menyediakan 70 ekor kuda dari Bima sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya saat bertempur melawan pasukan Kadiri itu.
Salah satu catatan juga menyebutkan bahwa konon nama Rangga Lawe merupakan pemberian Raden Wijaya. Kata rangga berarti ksatria / pegawai kerajaan. Kata Lawe merupakan sinonim dari wenang, yang berarti "benang",[1] atau dapat juga bermakna "kekuasaan" atau kemenangan.
Namun, pujian terhadap Ronggolawe tidak bergaung hingga akhir hayatnya. Tak lama setelah penobatannya sebagai Bupati Tuban, sebuah insiden membuatnya harus mengambil keputusan besar.
Tak lama dari masa pendirian kerajaan Majapahit, Prabu Wijaya pun dikisahkan harus memilih Mahapatih. Jatuhlah pilihan Sang Prabu kepada Patih Nambi.
Menurut Pararaton, Ranggalawe merasa tidak puas atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Ia hendak mengusulkan kepada Sang Prabu bahwa Lembu Sora, pamannya, jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Penolakan Ranggalawe terhadap keputusan Prabu Wijaya ini konon dimanfaatkan oleh salah seorang pejabat licik Majapahit bernama Mahapati. Mahapati memanipulasi situasi antara Majapahit dan Ranggalawe sehingga seolah Ranggalawe sedang mempersiapkan penyerangan terhadap Majapahit.
Prabu Wijaya yang merasa ini sebagai sinyal pemberontakan segera mengambil keputusan dan mengirim pasukan untuk menyerang Tuban. Sementara itu, Ranggalawe yang terkejut atas kedatangan pasukan Majapahit tidak punya pilihan lain selain mempertahankan diri.
Namun, serangan mendadak itu tak bisa dibendung. Dalam sebuah pertempuran di Sungai Tambak Beras, Ranggalawe menjemput ajalnya di tangan Kebo Anabrang, utusan Majapahit.
Terlepas dari kontroversi tersebut, nama Ronggolawe hingga kini masih menjadi nama kebanggaan di Tuban.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait