MALANG, iNewsMojokerto.id - Eko, salah seorang Aremania asal Dau, Kota Batu, yang berada di lokasi tragedi Kanjuruhan mengungkapkan kisahnya. Tragedi yang menelan 125 korban meninggal itu menyimpan banyak kisah memilukan.
Salah satunya adalah kisah Eko yang datang menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya. Laga berdarah yang tidak akan pernah dilupakan Eko, juga suporter lain yang menjadi saksi mata.
Gate (pintu masuk) 13 Stadion Kanjuruhan terasa mencekam saat tragedi itu terjadi. Ratusan suporter saling tindih, lemas, dan beberapa saat mereka tak tampak bergerak lagi.
Pemandangan itu disaksikan sendiri oleh Aremania asal Dau, Kota Batu ini dari lubang pintu stadion. Eko mendengar teriakan meminta tolong, tetapi tak berdaya melakukan sesuatu.
Hari itu, ia memang tak memasuki Stadion Kanjuruhan Malang. Tiket ia kantongi. Entah apa yang menggerakkannya memilih minum kopi di dekat pintu 10 Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang bersama teman-temannya sesama Aremania dari Dau.
Menurut kesaksian Eko, saat berada di luar sudah banyak aparat keamanan yang berjaga. Penjagaan pun kian ketat ketika menjelang akhir pertandingan.
Namun, hal tidak biasa terjadi. Sesaat setelah pertandingan berakhir kira-kira berjarak 10-20 menit terdengar suara gedoran orang-orang di pintu 10.
Itu adalah teriakan meminta tolong dibukakan pintu yang tertutup rapat.
"Saya pertama kali ada perempuan pingsan ditolong, satu dua terus bertambah. Ikut evakuasi, saya kepikiran saudara-saudara di gate 13, 14, 17. Cuma yang terbuka ada di gate 14. Tiba di gate 13 saya rasa semacam kuburan massal," ucapnya.
Dari Gate 13 itu terdengar banyak suara minta tolong dan ketika Eko mengintip ke dalam gerbang 13, tampaklag ratusan orang terlihat berdesakan. Bahkan tak sedikit mata Eko menangkap di antaranya anak-anak dan para perempuan.
Naluri Eko pun bergerak mencoba mencari pertolongan dengan meminta tolong ke aparat kepolisian yang bertugas di dekatnya. Sayangnya, yang terjadi tidak setulus niat.
Ketika polisi akan menolong, tiba-tiba muncul gerombolan orang yang mungkin sudah terlanjur marah akan ulah aparat kepolisian di dalam stadion. Orang-orang ini mencoba mengejar sang polisi yang hendak dimintai tolong oleh Eko.
Sang polisi spontan lari dari amukan menuju parkiran dan menghilang. Sementara itu, di pintu 13 suasana kian mencekam.
"Banyak sekali anak dan perempuan bertumpukan di bawahnya. Di gate 13 ada sekitar 300-400 yang kemungkinan setengahnya menjadi korban. Karena posisinya sudah lemas," katanya.
Dalam keadaan terdesak para penonton mencoba menjebol pintu yang terbuat dari besi itu. Bahkan sejumlah penonton terlihat berusaha membobol ventilasi kecil di dekat pintu.
Berdasarkan pantauan Tim iNews di lokasi, memang terdapat lubang ventilasi kecil yang akhirnya dijebol seperti yang dikisahkan Eko. Terlihat lubang kurang lebih berukuran 1 x 1,5 meter.
"Saya melihat banyak sekali korban. Saya lari nyari bantuan pakai baju hitam bertuliskan 99. Setelah itu lemas, dan melanjutkan istirahat. Di luar sudah banyak mobil yang terbakar," tuturnya.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait