MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Teknik arsitektur Majapahit telah menunjukkan pencapaian pengetahuan yang tinggi. Salah satunya tampak pada bangunan Situs Kumitir.
Meski ditemukan dalam wujud yang sudah hancur, Situs Kumitir memberi banyak informasi mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Majapahit dalam hal ilmu bangunan. Situs Kumitir adalah salah satu bukti kecanggihan ilmu tata ruang dan arsitektur Majapahit.
Situs Kumitir adalah situs yang relatif baru dalam sejarah pengungkapan tinggalan Majapahit. Situs Kumitir berada di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Dalam buku bunga rampai "Majapahit dalam Perbincangan Hari Ini", Nensi Yuliyanti Dewi menguraikan mengenai temuan ekskavasi Situs Kumitir. Dari sanalah diketahui kecanggihan arsitektur Majapahit.
Situs ini ditemukan sejak 18 Juni 2019 oleh warga sekitar. Bagian pertama yang ditemukan adalah struktur bata sepanjang 21 meter dengan orientasi utara-selatan yang diduga sebagai talud.
Temuan pertama ini sudah menjadi petunjuk besar akan ilmu arsitektur Majapahit. Apa itu talud?
Talud adalah istilah dalam ilmu arsitek yang digunakan untuk bangunan mirip pondasi yang berfungsi menahan struktur tanah. Dengan kata lain, talud adalah bangunan berupa dinding untuk meningkatkan kestabilan tanah.
Hingga kini teknologi talud masih digunakan. Pada umumnya, dinding ini dibangun di daerah-daerah yang kondisi tanahnya memang masih labil.
Pada tahap ekskavasi pertama, bentangan struktur bata talud ini diketahui terbangun dengan orientasi utara-selatan sepanjang 187,2 meter. Struktur tersebut berlanjut ke arah sisi selatan, sedangkan di sisi utara menunjukan sudut yang mengarah ke barat.
Struktur bata yang diduga talud menunjukkan tampakan pilar dengan interval 5,5 meter, sisi luar talud berada di timur dengan tatanan bata yang rapi, sementara tatanan sisi barat memiliki pola yang acak.
Selain itu, didapatkan bahwa talud tersusun oleh 23 lapis bata dengan ketinggian 100 cm dari permukaan tanah, di mana bagian pondasinya terdapat enam lapis bata.
Menurut Nensi, agaknya hal tersebut berkaitan dengan lokasi Situs Kumitir yang berada di wilayah kipas aluvial. Yaitu wilayah endapan pasir dan lumpur yang biasa ditemukan di area pegunungan.
Menurut peta geologi, pada arah Selatan situs berbatasan dengan deretan Gunung Welirang, Arjuna, atau Gunung Adi Kemukus yang masih aktif. Lokasi Situs Kumitir menjadi lokasi yang tidak mudah untuk pendirian bangunan.
Teknik pembangunan talud pada Situs Kumitir menjadi salah satu kunci kecanggihan bangunan ini. Terlebih lagi, pada area talud juga ditemukan fasilitas bangunan khususnya soal ketersediaan sumber daya air, yaitu sumur jobong.
Para ahli menduga Situs Kumitir ini dulunya adalah candi. Jika memang demikian, candi ini tergolong cukup besar.
Pola mandala pada situs dapat dikaitkan dengan pola yang jamak ditemukan di sisa-sisa bangunan keagamaan, yaitu kombinasi antara andesit dan bata. Tim ekskavasi juga menemukan adanya bakal kala, bakal makara, bakal antefiks, dan bakal pelipit yang kerap ditemukan pada sebuah candi.
"Hipotesis akhir menyebutkan bahwa situs Kumitir merupakan sebuah bangunan suci atau caitya yang didirikan sebagai pendharmaan dari salah satu leluhur dari tokoh raja besar di Majapahit yang berasal dari Kerajaan Singhasari," tulis Nensi dalam artikelnya.
Ia menambahkan, "Untuk membuktikan hipotesis tersebut dan mengeliminasi pernyataan yang salah, disarankan untuk melakukan ekskavasi lanjutan."
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait