MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Pria bernama Mehran Karimi Nasseri merupakan warga negra Iran. Ia mungkin merupakan satu-satunya orang di dunia yang terjebak dan hidup di bandara selama 18 tahun.
Bahkan, kisahnya ini sampai mendunia dan menarik Steven Allan Spielberg untuk membuat sebuah film dengan tema serupa berjudul The Terminal di tahun 2004.
Dikutip dari situs Travel Daily News, Kamis (25/8/2022) Mehran merupakan pria yang terjebak selama 18 tahun di Bandara Internasional Charles de Gaulle, Paris, Prancis. Ia sebetulnya merupakan mahasiswa asal Iran yang menempuh pendidikan di Universitas Bradford, Inggris.
Pada tahun 1970-an ia diduga berpartisipasi dalam protes mahasiswa terhadap pemerintahan Iran. Akibatnya, Mehran pernah dijebloskan ke penjara saat ia pulang ke negaranya di tahun 1977.
Selain dipenjara, status kewarganegaraannya juga dicabut pemerintah dan diusir dari Iran. Ia lalu pergi ke eropa bertahun-tahun untuk mencari negara yang mau memberikan suaka politik padanya.
Ia sempat mendapat asa kala Komisaris Tinggi untuk Pengungsi di PBB di tahun 1981 yang bersedia memberikannya status sebagai pengungsi. Status pengungsi membuat Mehran dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan di negara-negara Eropa.
Ia lalu memutuskan kembali ke Inggris untuk tinggal disana. Namun rencananya berantakan setelah ia berada di Bandara Internasional Charles de Gaulle, Prancis dimana disana ia kehilangan tas berisi seluruh dokumennya.
Tanpa surat-surat itu, Mehran tidak bisa diterima di Inggris maupun Prancis. Ia hanya bisa berada di bandara itu karena tempat itu merupakan ruang internasional yang tidak didefinisikan sebagai sebuah negara.
Mahren pun akhirnya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dan mengamati para penumpang pesawat. Untuk makanan, ia hanya mengisi perutnya dengan McDonald's dan mandi di toilet bandara.
Sesekali ia mendapat sumbangan dari penumpang yang merasa iba. Dari kisahnya ini, akhirnya mampu menarik perhatian seorang pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) Prancis bernama Cristian Bourguet.
Pengacara itu kemudian membantunya mencarikan negara yang mau menerbitkan surat pengungsi. Hingga akhirnya selama 10 tahun berjalan atau sekitar tahun 1999, Cristian Bourguet akhirnya berhasil meyakinkan Belgia untuk memberikan surat pengungsi kepada Mehran.
Prancis pun memberikan izin tinggal kepadanya. Namun Mehran menolak tawaran Prancis dan memilih tinggal di bandara. Kecurigaan bahwa Mehran sudah gila karena terlalu lama hidup di bandara pun muncul.
Namun pada akhirnya di tahun 2006 Mehran mau untuk keluar dari bandara sejak tahun 1988 karena harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat sakit yang dideritanya. Ia pun kemudian tinggal di kawasan penampungan pengungsi di Paris pada tahun 2008 hingga saat ini.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait