MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Perebutan tahta Majapahit adalah pintu masuk keruntuhan kerajaan yang berdiri sejak 1293 ini. Perebutan kekuasaan Majapahit terjadi antara Prabu Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi.
Prabu Wikramawardhana adalah raja Majapahit yang naik tahta menggantikan istrinya. Prabu Wikramawardhana adalah menantu Prabu Hayam Wuruk, sekaligus keponakannya sendiri.
Kepemimpinan Wikramawardhana mendapat penolakan dari pihak Bhre Wirabhumi, anak Prabu Hayam Wuruk dari seorang selir. Setelah beberapa tahun penolakan ini dibendung, pecahlah Perang Paregreg, nokta hitam dalam sejarah kerukunan bangsawan Majapahit.
Dipicu Penunjukan Rani Suhita?
Prabu Wirakramawardhana memimpin dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Edi Triharyantoro dalam salah satu tulisannya di buku "Sandhyakala ning Majapahit Pembelajaran dari Pasang Surut Kerajaan Majapahit", setelah memimpin selama 11 tahun, Wikramawardhana memilih menyerahkan tahta kepada putrinya Suhita, cucu Hayam Wuruk.
Kemungkinan penobatan Suhita menjadi raja ini menimbulkan pertentangan antara keluarga Wikramawardhana dengan keluarga Bhre Wirabhumi. Dan akhirnya memicu Perang Paregreg.
Sementara Agus Munandar berpendapat dalam buku yang sama, Perang Paregreg dipicu oleh keberatan lama pihak WIrabhumi atas naiknya Wikramaardhana sebagai raja.
"Naik tahtanya Wikramawarddhana sebagai penguasa Majapahit ternyata tidak disukai oleh salah seorang putra Hayam Wuruk yang berasal dari selir, ialah Bhattara i Wirabhumi (Bhre Wirabhumi), ia telah menjadi penguasa di daerah Blambangan (ujung timur Jawa Timur). Gejala-gejala kemunduran Majapahit sebenarnya telah muncul sejak akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-15, ketika terjadi pergantian kuasa antara Hayam Wuruk dan menantunya.," tulis Agus dalam uraiannya.
Perang Regreg dan Peran Minak Jinggo
Perang Regreg atau lebih akrab dikenal Paregreg adalah perang antara kedaton kulon Majapahit yang dipimpin Wikramawardhana, melawan kedaton wetan yang dipimpin Bhre Wirabhumi. Selama perang ini, rakyat Majapahit disibukkan dengan mendukung salah satu sisi keluarga kerajaan.
Kata 'regreg' mengacu pada peristiwa yang terjadi setahap demi setahap dalam tempo lambat. Selama tahun 1401 hingga puncak perang 1406, perselisihan ini terjadi terus-menerus.
Dalam Pararaton disebutkan pada tahun 1401 Prabu Wirakramawardhana dan Wirabhumi cekcok dan tidak saling bertegur sapa. Pecah perang pertama terjadi pada 1404.
Aktivitas dalam kerajaan pun tersedot kepada peperangan. Pada tahun 1406, puncak perang terjadi dengan serbuan Bhre Tumapel dari istana kedaton kulon. Tak disangka Wirabhumi yang dalam kondisi tersudut itu pun mendapat kesialan dengan pengkhianatan patihnya sendiri.
Bhre Wirabhumi yang melarikan diri dikejar dan dibunuh oleh sang patih, Raden Gajah atau Minak Jinggo. Perang pun dimenangkan pihak istana kulon.
Pasca perang ini, Prabu Wirakramawardhana resmi menurunkan tahta kepada sang putri, Rani Suhita. Sementara Minak Jinggo, sejumlah literatur serat menyebutkan ia akhirnya mendapatkan hukuman mati dari Majapahit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait