MOJOKERTO, iNews.id - Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah perempuan pertama yang memegang kekuasaan Majapahit. Sang Rani naik tahta menggantikan saudaranya Prabu Jayanagara yang wafat.
Dalam buku "Menuju Puncak Kejayaan, Sejarah Kerajaan Majapahit", Prof. Slamet Mulyana menyebutkan bahwa Tribhuwana Wijayatunggadewi sempat "terhalang untuk menikah". Penyebabnya adalah siasat Jayanagara.
Menurut lansiran Tim iNews, Prabu Jayanagara sempat sengaja menghalangi Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menikah. Tribhuwana dan Jayanagara adalah saudara seayah.
Diduga alasan di balik siasat tersebut adalah Jayanagara memiliki niatan menikahi Tribhuwana demi mengamankan posisinya sebagai penguasa Majapahit. Pada saat Jayanagara wafat itulah Tribhuwana baru mendapat kesempatan untuk memilih pasangan.
Serat Pararaton menyebutkan bahwa pernikahan Tribhuwana Wijayatunggadewi menikah dengan seorang laki-laki lewat sebuah sayembara. Serat Pararaton menyebut namanya adalah Raden Cakradara.
Dalam Kakawin Nagarakretagama, suami Tribhuwana Wijaatunggadewi bernama sri Kertawardana yang bertahta di Singasari. Sementara Pararaton menyebut nama Kertawardana sebagai putra Cakradara yang bertahta di Tumapel.
Sayangnya, baik dalam Nagarakretagama maupun Pararaton tidak menyebutkan secara terperinci mengenai sayembara yang dilaksanakan. Terkait negeri Wengker yang dimaksud adalah masih termasuk wilayah Majapahit yang ada di sekitar Gunung Wilis hingga Gunung Lawu.
Kertawardhana dalam Nagarakretagama
Informasi yang ada terkait sosok Kertawardhana terbilang minim. Sosok ini diyakini sebagai keturunan bangsawan Singasari di Tumapel. ia adalah pemeluk teguh ajaran Budha.
Sosok ayah Prabu Hayam Wuruk ini sempat dilukiskan oleh Mpu Prapanca dalam Nagarakretagama. Tepatnya pada Pupuh 3.
_"Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singasari. Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama. Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan Negara.
Mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja."_
Dalam ayat tersebut tampaklah sosok Kertawardhana yang memiliki kebijaksanaan dalam mengelola hukum.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait
