SURABAYA, iNewsMojokerto.id - Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBJT) terus berupaya untuk melakukan berbagai upaya dalam pelestarian bahasa daerah. Setelah sebelumnya mengadakan Festival Tunas Bahasa Ibu, Festival Teater Berbahasa Jawa, kali ini, Balai Bahasa mengadakan Kemah Cerpen Tunas Bahasa Ibu yang juga bertujuan menggali potensi sastra anak-anak.
Kemah cerpen Tunas Bahasa Ibu ini merupakan langkah konkret dalam revitalisasi bahasa daerah secacra berkelanjutan. Diadakan di salah satu hotel di Surabaya, kegiatan ini berlangsung pada 22-26 November 2024.
Kepala BBJT Umi Kulsum mengungkapkan, Kemah Cerpen Tunas Bahasa Ibu ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan bahasa Madura dan Jawa Dialek Using sekaligus menggali potensi sastra anak-anak.
"Saya sangat takjub dan terharu, anak-anak SD bisa membuat cerita yang klimaksnya ada, kejutannya ada yang itu sebenarnya kalau tidak punya potensi dan tidak didampingi dengan baik juga tidak akan jadi seperti itu cerpennya," jelasnya, Selasa (26/11/2024).
Diikuti oleh 18 Siswa dari daerah seperti Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Sumenep, Situbondo dan Bondowoso untuk penulisan cerpen berbahasa Madura. Kemudian Banyuwangi untuk Kemah cerpen Bahasa Jawa Dialek Using.
"Kami mengundang narasumber Mattoyu pemenang Rancage, kemudian Munamasari dari Pamekasan itu pemenang Sutasoma juga, kemudian pak Mudhor itu dari Sampang, itu maestro kami untuk revitalisasi Bahasa Daerah, kemudian pak Affan Fathur Rahman itu pendongeng dari Madura," tuturnya.
Sedangkan untuk Bahasa Jawa Dialek Using menghadirkan para sastrawan daerah Banyuwangi.
"Untuk Using narasumbernya ada Antariksawan Yusuf sama ibu Nur Holipah, nah untuk hasilnya sudah disetorkan semuanya, jadi anak-anak pulang itu sudah tidak membawa beban lagi, karya mereka sudah dikumpulkan, sudah dikurasi oleh narasumber," imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan, upaya untuk mendukung anak-anak Tunas Bahasa Ibu ini dalam mengembangkan karyanya juga akan terus dilakukan BBJT. Caranya adalah dengan terus melakukan komunikasi intens agar anak-anak ini dapat terus berkarya.
"Balai Bahasa akan menyalurkan baik dalam bentuk antologi cerpen karya anak-anak tunas bahasa ibu, bekerja sama dengan media massa untuk menerbitkan karya-karya mereka supaya mereka merasa ada stimulus untuk berkarya," tegasnya.
"Atau mungkin kami juga punya majalah yang mungkin bisa masuk majalah kami, atau mungkin juga kerjasama dengan dinas perpustakaan supaya dinas atau pemerintahan kabupaten juga punya kontribusi bahwa ini anak-anak dari kabupaten masing-masing sudah bisa menulis," tambahnya.
Sementara itu, Muna Masyari salah satu pemateri yang juga merupakan penulis cerpen mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini harus dilakukan secara berkelanjutan.
"Saya harap ini berkelanjutan untuk tahun-tahun selanjutya, karena disini benar-benar juga membangkitkan kita di Madura dan Banyuwangi bagaimana membangkitkan sastra bahasa ibu itu dan kita juga membimbing generasi untuk masa depan," ungkapnya.
Senada, Nur Holipah, penulis cerpen Using mengungkapkan agar kegiatan ini terus ditambah sasarannya. Tujuannya selain untuk revitalisasi bahasa daerah juga untuk memunculkan minat dan bakat siswa terhadap karya sastra.
"Bagus banget, dan kalau bisa itu output sasarannya ditambah lagi," katanya.
Kedepan BBJT akan terus melakukan berbagai inovasi dalam pelestarian bahasa daerah. Terdekat, BBJT berencana meluncurkan 113 buku cerita anak dalam dua bahasa pada Bulan Desember.
Editor : Trisna Eka Adhitya