MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Majapahit sebenarnya terletak di kawasan sungai Brantas. Meski jauh dari laut, area ini memberi Majapahit pintu sebagai sebuah kerajaan yang dikenal karena kebesaran perdagangannya.
Kawasan sungai yang luas ini memberi Majapahit kesempatan membangun wilayah pelabuhan besar. Sebab pelayanannya langsung mengikuti aliran sungai Brantas yang bermuara di Laut Jawa.
Tidak hanya satu pelabuhan, lambat laun muncul pelabuhan-pelabuhan sungai sebagai tempat sandar kapal di
sepanjang aliran Sungai Brantas. Jumlah pelabuhan Majapahit ini disebut dalam prasasti Canggu.
Prasasti yang berangka 1280 Saka (1358 M) ini menyebutkan terdapat 34 pelabuhan di sepanjang sungai Brantas. Di antara pelabuhan itu ada nama Pelabuhan Canggu, Bubat, dan Terung.
Identifikasi data arkeologi membuat para peneliti menyimpulkan pelabuhan Canggu sebagai salah satu pelabuhan terpenting di Majapahit. Pelabuhan ini bisa pula disebut pelabuhan utama.
Canggu terletak lebih dekat dengan pusat kota Majapahit dibandingkan dengan pelabuhan laut di sekitar Surabaya. Menurut Mawardi Purbo Sanjoyo dalam tulisannya Canggu: Pelabuhan Sungai Masa Majapahit Abad XIV – XVI, Pelabuhan Canggu mempunyai fungsi yang beragam.
Pelabuhan ini dapat memberi gambaran kehidupan masyarakat Majapahit di masa lalu. Pelabuhan ini saat itu difungsikan sebagai pangkalan militer, pelabuhan dagang, bahkan pelabuhan bea cukai.
Berdasarkan peran-peran itulah Canggu mampu menjadi salah satu penopang kemakmuran Majapahit. Terlebih lagi jika mempertimbangkan keberadaan 33 pelabuhan lainnya.
Perekonomian Majapahit salah satunya dipengaruhi oleh peran bandar-bandar ini. Tiap pelabuhan juga ada yang difungsikan menurut kebutuhan masyarakat yang berbeda.
Misalnya sebagaimana diungkapkan oleh Sri Soejatmi Satari. Ia menjelaskan aktivitas perekonomian di sekitar pelabuhan Canggu pada masa Majapahit difokuskan sebagai pelabuhan barang. Sementara itu, pelabuhan Bubat dan Terung merupakan pelabuhan penumpang.
Editor : Trisna Eka Adhitya